Air mata Jennie terus mengalir sampai Arvi dan Jongin dilarikan ke rumah sakit. Detak jantung Arvi melemah dan dirinya membutuhkan beberapa kantong darah. Sedangkan Jongin tidak memiliki luka yang cukup parah, namun karena kondisinya memang tidak sehat, ia pun terpaksa dirawat dirumah sakit sampai kondisinya lebih membaik.
"Mom, please don't cry... Daddy will be fine. Look at me, I'm still here for you. Jangan menangis, ya? Aera tidak tega."
Aera terus berusaha menghibur Jennie. Gadis kecil itu juga mencoba menghapus air mata ibunya yang seperti tak bisa dihentikan untuk mengalir.
Jennie benar-benar merasa hancur. Ia masih ingin menghabiskan waktu lebih lama dengan Arvi. Tapi setelah mendengar penuturan dokter beberapa saat yang lalu, harapan Jennie bak dipaksa untuk tiada. Sebab harapan Arvi untuk hidup itu benar-benar sangat kecil. Kemungkinan Arvi meninggal justru jauh lebih besar.
"Papa mu segalanya bagi Mama, Aera. Kami saling mencintai, kami sudah berjanji untuk membesarkanmu bersama-sama. Papa mu juga ingin melihatmu tumbuh dewasa. Dan akan sangat sulit bagi Mama jika dia benar-benar tiada. Mama... Mama tidak ingin dia pergi."
Jennie menjelaskan dengan mata sembab dan hidung yang memerah. Ibu dan anak itu terduduk di luar ruang UGD sambil saling memeluk menunggu para dokter keluar dari dalam ruangannya.
"Papa tidak akan pergi. Masih ada dua perempuan yang harus Papa jaga disini."
Setelah berucap demikian, tiba-tiba Arvi dikeluarkan dari ruang UGD. Beberapa perawat tampak tergesa-gesa membawanya ke ruang operasi dan Jennie pun terlihat semakin panik.
"Doctor, what happened to my husband? Kemana kau akan membawanya?" tanya Jennie sembari berjalan mengikuti mereka dari belakang.
Park Sooyoung - Dokter yang menangani Arvi pun berhenti, lalu ia berjalan kebelakang untuk menghampiri Jennie. "Nyonya Kim, pisau yang menusuk dada suamimu menembus sampai ke bagian jantung. Jantungnya kini mengalami pendarahan dan kami sedang berusaha menghentikan pendarahan itu."
"Lakukan apapun yang bisa menyelamatkannya, Dokter. Aku ingin dia selamat."
Dokter Sooyoung terlihat menatap dengan kasihan. "Hmm... Begini nyonya, kalau pendarahannya berhenti, jantungnya harus segera ditransplantasi. Karena jika tidak, pendarahan itu akan terjadi kembali. Darahnya akan semakin banyak terkuras dan keadaannya tidak akan mengalami progress menuju kesembuhan."
Dokter Sooyoung pun melirik ke arah jam dinding. "Kita punya waktu enam jam untuk mencari pendonor jantung. Tadi aku sudah menghubungi beberapa rumah sakit yang mungkin memiliki persediaan organ tersebut. Tapi sialnya, mereka tidak memilikinya."
Jennie memegangi kepalanya yang mulai terasa berat dan pusing. "Ya Tuhan... jika kita tidak bisa mencari pendonor dalam waktu enam jam itu, apa yang akan terjadi, Dokter?" tanya Jennie penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU KILLING ME SOFTLY ✓
Fanfiction[18+] When you have two loves, but you can only repay one of them. Orang bilang, cinta itu buta. Yang waras bisa menjadi gila, sementara yang pintar bisa menjadi bodoh. Tapi pernahkah kau berpikir bahwa cinta itu sama seperti obat? Kau bisa sembuh...