Berdiri didepan cermin sembari melihat pipinya yang sempat Aera obati membuat Arvi tersenyum sendiri. Kini Arvi sudah terlihat rapih dengan pakaiannya yang formal. Menepati ucapannya semalam, hari ini ia akan membawa putrinya jalan-jalan keluar.
Jungkook yang dari tadi memperhatikan gelagat Arvi yang tampak lebih ceria jadi ikut tersenyum melihatnya. Biasanya Arvi akan muncul dengan raut wajah suram seperti sudah ditinggal mati oleh orang terdekatnya.
"Untung saja aku mengajakmu untuk menginap di hotel ini. Jika tidak, mungkin kau tidak akan bertemu dengan Jennie. —— Pagi-pagi begini kau ingin kemana, hm? Bertemu putrimu, ya?" Tanya Jungkook.
Arvi pun mengangguk. "Putriku sangat cantik. Dia mirip sekali seperti Jennie. Jika nanti aku bersamanya, aku akan mencoba mengambil beberapa foto untuk aku simpan."
Raut wajah Jungkook berubah menjadi kasihan. "Apa kau akan berpisah lagi dengan mereka?" Tanya Jungkook.
Arvi terdiam sejenak sembari menunggu jam tangannya terpasang. "Jennie hanya membiarkan aku untuk singgah. Dia tidak mengizinkan ku untuk menetap. Setelah ini, mereka bertiga mungkin akan pulang ke Hungary. Sedangkan aku dan kau akan kembali pulang ke Seoul. Jennie masih menaruh amarah yang besar padaku, Jungkook. Aku tidak bisa melakukan sesuatu tanpa seizinnya."
"—— Dia masih belum mema'afkanku." Sambung Arvi kemudian.
Jungkook tersenyum, "It's okay, Arvi. Menebus kesalahan itu memang tidak mudah. Walau kau tak mendapatkan ma'af nya, setidaknya dia memberimu kesempatan untuk bertemu dengan Aera."
Arvi tersenyum getir, "Kau benar juga."
Arvi pun duduk disalah satu kursi lalu ia melirik sebentar ke arah balkon. "Kebodohanku memberi pukulan besar dalam kehidupan Jennie. Jennie sudah banyak berubah. Ia menatapku dengan dingin, berbicara pun penuh dengan rasa kesal. Aku ingin terus maju tapi Jennie seperti menutup jalan untuk diriku. Aku ingin mundur tapi aku tidak rela membiarkan dia jatuh ke tangan pria lain. Jongin memang melakukan banyak hal untuk Jennie. Aku pun juga mampu melakukan hal yang sama. Hanya saja Jongin punya kesempatan, sedangkan aku tidak punya."
Kemudian Arvi menatap ke arah Jungkook yang sedang duduk didepan laptop. "Tadi malam dengan lantang Jennie mengatakan bahwa dia membenciku. —— Kau tahu... Yang ingin aku dengar dari mulutnya bukan hal itu. Aku tidak bisa menjelaskannya lagi, Jungkook. Karena aku merasa kalau rasa sakit yang dia beri, lebih besar dari rasa senang yang aku dapat. Perasaanku bertemu Jennie dan Aera jadi bercampur aduk. On the one side, I'm happy. On the other side, I'm sad. Mereka berdua milikku, tetapi mereka tak menganggap aku pemiliknya."
Arvi pun menghela napas, "Aku bertanya padanya, aku harus melakukan apa. Tetapi dia justru memintaku untuk melepaskannya. Maksudku... Bagaimana bisa? Aku sudah terpikat dan terikat. Walau dia tidak mencintaiku, tapi aku mencintainya."
Jungkook pun menutup laptopnya lalu ia fokus menatap Arvi. "Dia hanya marah. Dia masih belum bisa memisahkan tempat yang mana untuk cinta dan yang mana untuk benci. Keduanya menjadi tercampur karena dia merasa kecewa."
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU KILLING ME SOFTLY ✓
Fanfiction[18+] When you have two loves, but you can only repay one of them. Orang bilang, cinta itu buta. Yang waras bisa menjadi gila, sementara yang pintar bisa menjadi bodoh. Tapi pernahkah kau berpikir bahwa cinta itu sama seperti obat? Kau bisa sembuh...