Setelah menempatkan Jennie pada masalah besar, dengan tidak berdosa nya Chelyn mundur perlahan lalu setelah itu ia menghilang. Jennie sungguh kesal. Jika ia bertemu dengan Chelyn lagi, sepertinya Jennie akan menghadiahinya beberapa jitakan.
Arvi tersenyum melihat Jennie yang tampak berdiri dengan canggung. Sudah satu menit mereka beradu tatap tanpa membicarakan apapun.
"Haruskah aku memperkenalkan diriku lagi? Aku rasa kau sudah tahu aku siapa. I'm someone who loves you."
"Arvi, kau jangan termakan omongan Chelyn. Aku tidak ingin berkenalan denganmu. Aku mengira kau orang lain." Jelas Jennie.
Arvi terkekeh, "Benarkah?"
"Ya, sepertinya tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi. Aku permisi." Ucap Jennie sembari melangkahkan kaki hendak pergi. Namun kemudian Arvi menahannya.
"Jangan hindari aku. Aku masih ingin berbicara denganmu."
"Soal apa?"
"Banyak hal."
"Mari bicarakan itu lain kali."
Jennie sungguh tak bisa berlama-lama dengan Arvi. Dengan melihat wajahnya, menatap matanya, merasakan sentuhannya, membuat gejolak yang sama muncul kembali di hati Jennie. Jennie sangat tak ingin merasakan itu. Satu-satunya hal yang ingin Jennie lakukan hanyalah menyusul Chelyn untuk menjitak kepalanya.
Jennie sudah mencoba untuk menjaga jarak dengan Arvi, tapi Arvi selalu berhasil memutuskan jarak itu. Jennie sudah mencoba melangkah untuk pergi, tapi Arvi selalu berdiri untuk menghadang Jennie. Sekarang Jennie harus bagaimana lagi? Berteriak? Tidak mungkin. Ini showroom, bukan hutan.
"Kau apa kabar? Aku sering menghubungimu bukan untuk mendengar suara Jongin. Kenapa kau selalu mencoba untuk menghindariku? Bahkan setelah kita bertemu seperti ini, kau masih melakukan hal yang sama. Apa ada kesalahan lain yang aku lakukan hingga membuatmu semakin merasa tak nyaman?"
Arvi pun sedikit menunduk sampai hidungnya dengan Jennie hampir bersentuhan. "Aku tak suka dihindari. Jika aku salah, katakan salahku dimana."
Jennie spontan mendorong bahu Arvi, "Kau tak salah. Aku yang salah."
Arvi tidak mengerti mengapa Jennie berucap demikian. "Apa maksudmu?"
"Kau dan aku sudah berpisah. Kita berdua telah memiliki kehidupan yang berbeda. Tapi ironisnya, perasaanku padamu masih tetap sama. Aku tidak ingin menyalahkanmu karena sudah membuatku jatuh sampai tak bisa berpindah. Yang salah disini aku karena aku tak pandai menghapus sesuatu yang seharusnya tidak ditempat itu lagi."
°°°
Jennie tak perduli seperti apa pendapat Arvi ataupun apa yang Arvi pikirkan soal pernyataan Jennie. Jennie sudah terlampau pusing mengurusi hatinya sendiri. Jadi ia sudah tak berkeinginan memikirkan hal yang lain lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU KILLING ME SOFTLY ✓
Fanfiction[18+] When you have two loves, but you can only repay one of them. Orang bilang, cinta itu buta. Yang waras bisa menjadi gila, sementara yang pintar bisa menjadi bodoh. Tapi pernahkah kau berpikir bahwa cinta itu sama seperti obat? Kau bisa sembuh...