43 : Let's Make It Happen

3.2K 491 68
                                    

Di keesokan harinya, Aera tampak terbaring lemah diatas ranjang rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di keesokan harinya, Aera tampak terbaring lemah diatas ranjang rumah sakit. Pelipisnya yang terluka cukup dalam, membuat ia harus mendapatkan beberapa jahitan malam tadi.

"Kim Jongin, apa Jennie masih belum bisa dihubungi? Ini sudah jam delapan pagi. Dia harus tahu bagaimana kondisi putrinya." Ujar Yehwa seraya melirik Aera yang masih tertidur pulas.

"Dia tidak mengangkat panggilanku, ahjumma. Aku akan mencoba menghubungi Johnny saja. Aku izin keluar sebentar." Lirih Jongin sembari mengetikkan sesuatu di layar ponselnya.

Sedangkan di lain tempat, Jennie masih berada diruang perawatan Arvi. Ia menjaga Arvi sepanjang malam dan ia memberikan Arvi sarapan ketika matahari mulai terbit. "Arvi, aku harus menebus obatmu di depan. Is it okay if you're alone here? Aku akan kembali lagi setelah mendapatkan obatnya."

"Can you rub my head, before you go?"

Alis Jennie menyatu, permintaan Arvi terdengar sedikit aneh ditelinga Jennie. "Kenapa tiba-tiba kau ingin di usap?"

Arvi tersenyum sembari menggelengkan kepalanya. "Aku hanya ingin merasakan kasih sayang seseorang. Apa tidak boleh?"

Jennie tertawa kecil sebelum ia menghampiri Arvi yang masih terbaring dengan tangan di infus. "Tentu saja boleh." Jawab Jennie sembari bergerak untuk mengusap-usap kepala Arvi.

Senyum Arvi langsung mengembang. Apalagi ketika ia mendapatkan satu kecupan singkat di keningnya. "Terima kasih." Ucap Arvi. Tatapan matanya selalu berbinar setiap kali ia memandang ke arah Jennie.

"You are welcome. Apa sekarang aku sudah boleh pergi?" Tanya Jennie.

Arvi mengangguk. "But after you hugged me."

Jennie langsung berkacak pinggang, "Aku belum mandi."

"Aku juga belum." Celutuk Arvi.

"Dan disaat kita bau, kau ingin kita berpelukan?"

"Excusme, beautiful? Kita masih wangi meskipun kita belum mandi. Tapi jika kau bau, sini aku cium dulu. Biar aku bisa memastikannya." Ucap Arvi sambil memanyunkan bibirnya.

Tidak bisa. Ini terlalu menggemaskan. Tadinya Jennie ingin memukul kepala Arvi dengan tas Chanel nya. Tapi kan tidak lucu jika Arvi geger otak gara-gara pukulan Jennie. Tak ingin membuang waktu lagi, Jennie pun membungkukkan badannya sedikit untuk memeluk Arvi yang tengah bersandar di dua buah bantal.

"Shshshsh wangi." Lirih Arvi setelah selesai mencium sebelah pipi Jennie.

Jennie jadi tak bisa berhenti tertawa melihat kelakuan Arvi. Ketika Jennie ingin menjauh, tiba-tiba Arvi berkata, "Tunggu dulu, yang disebelah sini kan belum."

YOU KILLING ME SOFTLY ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang