Arvi masuk ke dalam kamar sembari menggendong tubuh Kim Jennie. Rasanya ia ingin marah, karena Jennie terlalu merepotkan baginya. Arvi pun membaringkan Jennie di atas tempat tidur. Dan ketika Arvi ingin beranjak, Jennie tak kunjung melepaskan tangannya dari leher lelaki itu.
"Lepaskan aku."
Jennie menggeleng. "Arvi," panggilnya.
"Apa?"
"Mau berjanji?"
"Berjanji?"
Jennie mengangguk. "Jika esok hari tiba, jangan memarahiku karena sudah mabuk dan menyusahkanmu. Jika kau ingin marah, lebih baik kau memarahiku sekarang saja. Aku lebih suka bersedih ketika tak sadar, dan ingatanku tak akan berjalan dengan baik ketika aku mabuk. Jadi tidak apa-apa jika kau ingin mengeluarkan kata-kata yang akan menyakitiku. Besok pagi aku pasti tidak mengingat satupun perkataanmu yang menyakitkan itu." Ucap Jennie serius.
Dada Arvi jadi sesak sendiri mendengarnya. "Tak perlu berjanji untuk melakukan hal itu. Ini sudah terlalu larut malam untuk memarahimu."
Jennie menatap Arvi dengan tatapan sayu nya, "Kalau begitu, terima kasih."
"Untuk apa?"
"Terima kasih untuk tidak memarahiku dan terima kasih karena telah menggendongku."
Arvi menatap Jennie cukup lama, lalu kemudian ia berkata, "Kau tahu benar jika orang mabuk tidak boleh berkendara. Tetapi kenapa kau masih melakukannya?"
"Karena aku ingin pulang."
"Kau bisa minta dijemput. Kau tak perlu menyetir sendirian lalu berhenti ditengah jalan. Bagaimana jika kau kecelakaan atau menabrak seseorang?"
"Kau khawatir?"
"Tidak."
"Lalu kenapa kau repot-repot bertanya? Jika aku memintamu menjemputku, apa kau mau melakukannya? Terakhir kali aku meneleponmu, kau mengancam akan memblokir nomorku. Jika kau saja seperti itu, lalu bagaimana aku akan meminta tolong kepadamu?" Tanya Jennie.
Arvi hanya diam tak bisa berkata-kata. Jika Jennie salah, dirinya lebih salah. Ternyata Jennie itu takut bergantung padanya. Bahkan untuk sekedar meminta tolong melakukan hal-hal seperti ini saja, Jennie sudah tidak berani. Dalam pikiran Jennie, yang akan terjadi jika dirinya meminta tolong pada Arvi hanya dua. Yang pertama di marahi, dan yang kedua ditolak mentah-mentah. Jadi lebih baik untuk tidak melibatkan Arvi dalam segala urusan pribadi Jennie.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU KILLING ME SOFTLY ✓
Fanfiction[18+] When you have two loves, but you can only repay one of them. Orang bilang, cinta itu buta. Yang waras bisa menjadi gila, sementara yang pintar bisa menjadi bodoh. Tapi pernahkah kau berpikir bahwa cinta itu sama seperti obat? Kau bisa sembuh...