Meskipun tak memiliki pengalaman dalam mengurus anak kecil, tapi tampaknya Arvi menikmati waktunya bersama Hyeri. Kini gadis kecil berusia lima tahun itu terlihat nyaman duduk di pangkuannya seraya bernyanyi bersama mengikuti alunan lagu dari video musik anak-anak. Sedangkan disisi lain, Jennie tengah duduk menopang dagu sambil memperhatikan mereka berdua.
"Pemandangan manis apa yang aku lihat ini?" Pikir Jennie.
Kalau Hyeri itu anak kandung mereka, mungkin Jennie akan lebih bahagia melihatnya. Tapi kemudian, Jennie menepis pikirannya karena ia tahu bahwa Arvi belum berkeinginan untuk memiliki seorang anak. Ya, walaupun mereka sudah tidur bersama waktu itu.
Arvi takes his sperm outside. Ketika Jennie bertanya mengapa Arvi berbuat demikian, Arvi pun menjawab, "Kita berdua masih kekanakan. Jadi, aku belum ingin memiliki anak dalam waktu yang dekat."
Jennie agak kecewa malam itu, tapi kemudian Arvi membujuknya dengan mengatakan, "Kita butuh lebih banyak waktu untuk dihabiskan berdua, sayang." Dan Jennie tak memiliki pilihan selain setuju.
"Lee Hyeri, sudah cukup bermain ponselnya. Nanti matamu sakit. Ayo bermain boneka saja." Ajak Jennie sembari mengeluarkan beberapa boneka dari tas yang diberikan Taeyong sebelumnya.
"Ayo bermainlah bersama Bibi, Paman akan memberikanmu permen sebagai imbalannya." Ujar Arvi.
"Baiklah, tapi aku ingin dua permen."
"Hanya dua? Sedikit sekali. Paman akan memberimu lima permen. Ayo turun dulu." Ucap Arvi sembari menurunkan Hyeri dari pangkuannya. Tanpa ba-bi-bu, gadis kecil itu langsung berlari ke arah Jennie.
"Hyeri-ya, boneka botak ini siapa namanya?" Tanya Jennie.
"Jangan panggil dia botak, Bi. Rambutnya waktu itu ada, tapi aku mencukurnya. Dia memiliki nama Selena."
"Selena Gomez?" Tanya Arvi.
"Selena Bieber." Jawab Hyeri.
Jennie tertawa, "Kenapa nama belakangnya harus Bieber?"
"Karena kata ayah, dia anak dari Justin Bieber dan Hailey Bieber." Jelas Hyeri seraya mengangkat dua boneka yang ia beri nama Justin dan Hailey.
"Ayahmu memang mengada-ada." Lirih Arvi sembari menggeleng tak habis pikir.
Disaat mereka bertiga tengah asik berbicara, tiba-tiba Arvi mendapatkan telepon dari salah satu klien bisnisnya. "Ya, hallo tuan Nam?" Ucap Arvi sembari menjauh sedikit dari Jennie dan Hyeri.
Panggilan telepon tersebut berlangsung sekitar lima menit. Sedangkan Jennie dan Hyeri masih sibuk bermain, tertawa dan saling menggelitiki. Arvi pun hendak menghampiri mereka berdua, namun kemudian ia mengurungkan niatnya. Kini Arvi hanya duduk di tepi ranjang sambil terus memperhatikan Kim Jennie yang tertawa begitu lepas.
"Aku jarang sekali melihatnya tertawa seperti ini." Gumam Arvi. Kini terbesit rasa bersalah yang lebih besar di dalam hatinya.
"Kau baru bertemu dengan Hyeri hari ini, tapi Hyeri bisa membuatmu sebahagia itu. Sedangkan aku sudah bersamamu lebih dari dua tahun, tapi aku tidak bisa melakukan hal yang seperti yang Hyeri lakukan kepadamu. Aku memang lelaki pecundang, Jennie."
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU KILLING ME SOFTLY ✓
Fanfiction[18+] When you have two loves, but you can only repay one of them. Orang bilang, cinta itu buta. Yang waras bisa menjadi gila, sementara yang pintar bisa menjadi bodoh. Tapi pernahkah kau berpikir bahwa cinta itu sama seperti obat? Kau bisa sembuh...