Di malam itu, angin berhembus dengan kencang. Langit yang biasanya bertaburkan bintang kini sudah tertupi oleh awan hitam yang tengah bersiap-siap menjatuhkan tetesan air hujan. Kilat seolah tidak mau kalah lalu mengeluarkan cahayanya berkali-kali disusul oleh suara petir menggelegar.
Wanita itu jadi makin takut untuk melangkah. Dengan pakaian yang lusuh dan wajahnya yang kusut, ia berjalan gontai menarik sebuah koper menuju ke sebuah rumah.
/Tok! Tok! Tok!
Pintu pun terbuka menampakkan seorang pria rupawan yang tinggi dan berhidung mancung. Untuk sesaat ia tampak terkejut. Namun kemudian ia mendekat seraya memegang bahu dan wajah Jennie secara bergantian.
"Is this really you? where have you been all this time?" Tanya Arvi.
Hening. Tak ada jawaban. Jennie terlalu bingung untuk merespon Arvi Bagaimana. Sebab, hatinya sedang sangat kacau dan tak tertata. Melihat Jennie yang hanya diam tanpa ada niat meresponnya, Arvi pun mulai geram lalu ia langsung menarik lengan Jennie dengan kasar.
"Ayo ikut aku!"
Merasa lengannya dicengkeram terlalu kuat, Jennie pun mulai memberontak. "Jangan seperti ini! Kau menyakitiku!"
"Tak usah melawan! Memangnya siapa yang memintamu untuk pergi dariku?! Siapa?! Kau hanya boleh pergi, jika aku yang memintamu untuk pergi! Kau tak bisa merajuk dan melampiaskan amarahmu dengan cara meninggalkanku! Jadilah wanita yang patuh! Apa kau pikir setelah pergi dariku, kau akan terlepas begitu saja?"
Arvi tertawa sejenak, "Tidak akan bisa, Jennie. Mau keujung dunia pun kau melangkah, kau akan tetap berakhir bersama Kim Arvi!"
"Arvi, dengar... Aku—"
Arvi mengangkat tangannya lalu sebuah tamparan keras mendarat dipipi Jennie. "Aku tidak ingin mendengar penjelasanmu! Yang membuatku kesal disini adalah, mengapa kau tidak memberitahuku bahwa kau sedang mengandung?!" Tanya Arvi dengan tatapan berapi-api.
"Untuk apa aku memberitahumu? Jika kau merasa bahwa kau suamiku, harusnya kau tidak tidur dengan wanita itu! Mau aku hamil atau tidak, apa urusannya dengan dirimu? Kau tidak akan perduli meski dia darah dagingmu!" Teriak Jennie.
"Kim Jennie!!!" Bentak Arvi.
Mata Jennie mulai memanas, "Kenapa? Apa mau menamparku lagi? Silahkan!" Tantang Jennie.
Arvi tampak semakin naik pitam. Jika keegoisannya diperturutkan mungkin ia sudah menghajar Jennie tanpa perduli bahwa Jennie adalah seorang perempuan.
"Jika kau terus membangkang seperti ini, hubungan kita tidak akan bisa terselamatkan. Lakukanlah apa yang kau suka dan aku tidak akan melarangnya. Tapi jika kau ingin berpisah denganku, pastikan dulu anak yang kau kandung tidak akan lahir ke dunia!"
"Apa maksudmu? Kau ingin aku mengugurkan anak kita?" Tanya Jennie dengan nada sedikit tinggi.
Tanpa ragu Arvi menjawab, "Ya. Aku tidak menginginkan kehadirannya lagi. Karena setelah aku pikir-pikir, memiliki anak dari wanita sepertimu bukanlah pilihan yang baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU KILLING ME SOFTLY ✓
Fanfiction[18+] When you have two loves, but you can only repay one of them. Orang bilang, cinta itu buta. Yang waras bisa menjadi gila, sementara yang pintar bisa menjadi bodoh. Tapi pernahkah kau berpikir bahwa cinta itu sama seperti obat? Kau bisa sembuh...