04 : Unforgettable Past Love

4.7K 771 52
                                    

Setelah menghabiskan waktu cukup lama di rumah Rosé, akhirnya Jennie pulang ke kediamannya di kawasan Hannam The Hill

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah menghabiskan waktu cukup lama di rumah Rosé, akhirnya Jennie pulang ke kediamannya di kawasan Hannam The Hill. Seperti biasa, rumah sepi, senyap dan tak ada suara apapun. Sepertinya Arvi sudah tertidur karena hari memang sudah larut malam.

Jennie membuka pintu kamar, lalu ia masuk ke dalamnya dengan langkah kaki yang pelan. Jennie sungguh tidak ingin menimbulkan suara. Jika Arvi terbangun, entah hal menyakitkan seperti apalagi yang akan keluar dari mulutnya.

Setelah beberapa menit berlalu, Jennie pun baru tersadar bahwa bunga, lilin dan balon yang sudah ia persiapkan sudah lenyap tidak tahu dibuang kemana. Sekarang tidak ada yang bisa Jennie lakukan selain tersenyum miris meratapi nasibnya.

"Bagus sekali. Aku telah membuang waktuku dengan sia-sia untuk mendekorasi kamar ini." Gumam Jennie.

Sepertinya apa yang Jennie impikan, memang hanya akan menjadi sebatas angan-angan. Jennie mengira bahwa malam ini akan menjadi malam terindahnya. Tapi kenyataannya apa? Yang terjadi justru pertengkaran hebat diantara ia dengan suaminya.

Kini kamar mereka kembali terlihat suram seperti semula. Flat dan tak ada campuran warna. Persis seperti pernikahan mereka berdua. Jennie selalu berusaha untuk menata nya dengan indah, tapi Arvi kemudian datang dan merusak segalanya.

Puas berdiri melihat ke sekeliling ruangan, Jennie pun memutuskan untuk mengganti lingerie yang dari tadi masih ia kenakan sebagai dalaman. Sebelumnya ia memang sempat memakai hoodie oversize saat bertandang ke rumah Rosé.

"Aku akan membuang ini dan aku bersumpah tidak akan pernah memakainya lagi." lirih Jennie sambil memasukan lingerie itu ke dalam tong sampah.

Setelah selesai mengganti pakaiannya, Jennie pun langsung berbaring disamping Arvi. Suaminya itu tampak tertidur dengan nyenyak tanpa ada rasa bersalah sedikitpun. Jennie tampak tersenyum sambil menatap Arvi dengan mata yang sendu. Tersirat rasa kecewa disana.

"Aku suka melihatmu tertidur seperti ini. Tak ada tatapan sinis, bentakan keras atau raut wajah kesal."

Kemudian tangan Jennie pun terulur untuk merapikan rambut Arvi. "Arvi, sekali-kali tataplah aku dengan benar, dan jawablah aku tanpa harus berteriak."

"Aku juga bisa merasa lelah."

"Segala hal yang kau lakukan hanya berujung membuatku terluka." Ucap Jennie berlinang air mata.

Jennie pun mencoba untuk menahan Isak tangisnya, "Setiap hari kau selalu saja membentuk luka baru, tanpa kau tahu, bahwa luka lama ku masih banyak yang belum sembuh."

"Mau sampai kapan, Arvi?"

"Mau sampai kapan kau akan memperlakukan ku seperti ini? Jika kau bisa menyakiti, harusnya kau juga bisa menyembuhkanku. Rasanya tidak enak memendam rasa sakit seorang diri. Ada banyak hal yang ingin aku bagi bersamamu. Tapi kau tak pernah mau menyisihkan sedikit tempat untuk menerima diriku."

YOU KILLING ME SOFTLY ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang