Tak terasa, dua hari pun telah berlalu. Saat ini, Arvi dan Aera masih dirawat di rumah sakit Asan Medical Center. Aera dijadwalkan pulang besok lusa, sedangkan Arvi baru diperbolehkan pulang minggu depan.
Jennie yang merasa memiliki tanggung jawab untuk menjaga keduanya, memutuskan untuk menginap dirumah sakit juga. Kadang ia menghabiskan waktu bersama Aera dan kadang ia menghabiskan waktu bersama Arvi.
Sejak siang tadi, kota Seoul diguyur hujan lebat. Hawa sekitar menjadi dingin sampai Aera tertidur dan Jennie jadi berkesempatan untuk bertemu dengan Arvi di ruangannya. Kini wanita bermarga Kim itu tampak duduk disebuah kursi yang berhadapan langsung dengan ranjang rumah sakit.
"Jennie-ya,"
"Hm?"
"Mau sampai kapan kita seperti ini? Aku tidak suka jika putri ku memanggil pria lain sebagai ayahnya."
"Tapi kita juga tidak bisa melarang Aera untuk tidak mengucapkannya, Arvi. All she knows, Jongin is her daddy. Dan kita tidak bisa berbuat apa-apa selain membiarkannya."
Arvi menggeleng tidak setuju, "Kita bisa memberitahunya. Aku ingin dia memanggilku ayah juga. Dipandang sebagai orang asing oleh anak sendiri rasanya menyedihkan, Jennie."
Arvi pun mencoba untuk duduk. Lalu ia menatap Jennie dengan serius.
"Dia anak kita. Bukan anak kau dan dia. Kenapa orang asing dia panggil ayah, sedangkan ayahnya sendiri dia panggil paman? Awalnya aku tak masalah jika menyembunyikan hal ini darinya. Tapi lama kelamaan, it hurts me."
Jennie baru membuka mulut untuk membalas perkataan Arvi, tapi tiba-tiba Arvi langsung memotongnya. "Aku cemburu."
Kening Jennie berkerut, "Cemburu?"
"Ya!"
"Kenapa?"
"Jongin sudah merampas tempatku. Dia berpura-pura menjadi suamimu didepan Aera, dan dia berpura-pura menjadi seorang ayah di depanku. Jadi, bagaimana mungkin aku tidak cemburu?" Tanya Arvi dengan nada sedikit kesal.
"I understand how you feel right now. Tapi dia sudah melakukan banyak hal untuk aku dan Aera. Kau tak bisa menyalahkannya seperti ini." Bela Jennie.
Arvi mendengus sebal, "Kau memiliki rasa padanya?"
Jennie terdiam sejenak. "Ini lebih ke respect. Aku tidak bisa menutup mata dengan kebaikan yang pernah Jongin lakukan untukku. Mau bagaimana pun, whenever I needed something, he was always by my side. Ketika aku kehilanganmu, yang memberiku pelukan, kenyamanan dan tempat berteduh adalah dirinya. Ketika aku hancur, dia yang selalu mencoba menghiburku. Every time these eyes cry for you, he always comes and wipes my tears, Kim Arvi. Jadi, jika ini sudah menyangkut Kim Jongin, aku tidak bisa bertindak tanpa berpikir. Aku perlu mempertimbangkan perasaannya juga."
"Lalu bagaimana dengan perasaanku? Tidakkah itu penting?" Tanya Arvi.
Arvi tampak kesal. Yang dikatakan Jennie memang benar tapi dengan Jennie yang membandingkannya dengan Jongin membuat Arvi merasa tersudutkan. Arvi pun kembali berbaring lalu ia menarik selimutnya hingga menutupi puncak kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU KILLING ME SOFTLY ✓
Fanfiction[18+] When you have two loves, but you can only repay one of them. Orang bilang, cinta itu buta. Yang waras bisa menjadi gila, sementara yang pintar bisa menjadi bodoh. Tapi pernahkah kau berpikir bahwa cinta itu sama seperti obat? Kau bisa sembuh...