= Banjarmasin, 2020 =Yun gelisah bukan main. Sepanjang hari itu, semua yang ia lakukan salah. Puluhan jurnal kesehatan terbengkalai, tidak jadi dibaca. Demikian pula naskah tinjauan pustaka. Tidak maju-maju juga. Macet di paragraf ke-10.
Kehadiran Faisal selama sebulan memang memberi suasana baru dalam hidup Yun. Ia yang sehari-hari menyendiri, kini memiliki teman untuk bercanda. Faisal mudah sekali membuat tertawa. Segala hal bisa menjadi bahan candaan. Ia sampai heran dari mana ilmu melawak itu didapatkan. Jangan-jangan anak itu kebanyakan nonton stand up comedy.
Rupanya, Suryani merasakan perubahan pada diri anak asuhnya. Yang semula selalu sendu, kini lebih banyak tersenyum. Sebagai ibu angkat, ia senang dengan perubahan itu. Anak asuhnya semakin cantik dari hari ke hari. Ia tahu siapa yang membuatnya begitu.
"Kok kayaknya ada kejadian penting, nih?" pancing Suryani.
Wajah Yun kontan memerah dan tersipu-sipu. "Kejadian penting apa sih, Bu?"
"Habis ketemuan sama Faisal tiga hari lalu, kamu jadi lain. Hayo, ada apa?"
"Ah, nggak ada apa-apa kok, Bu."
"Nggak usah ditutup-tutupi, Yun. Kalau memang ada berita bagus, kenapa nggak bilang sama Ibu?"
Yun tak dapat menahan senyum. Wajahnya semakin memanas. "Ibu nggak marah kalau saya jujur?"
"Kenapa mesti marah? Pasti soal Faisal."
"Kok tahu, Bu?"
Suryani hanya tertawa kecil. Apa yang bisa disembunyikan dari seorang ibu?
"Saya boleh tanya sesuatu?" tanya Yun dengan mimik serius.
"Boleh banget!"
"Kalau seumur saya ini, apa udah boleh punya cowok?"
Mata Suryani kontan melebar dan kedua alisnya terangkat. "Hayo, pasti Faisal nembak, ya?"
Yun mengangguk dengan sangat malu. Diam-diam Suryani mengeluh. Yun tidak pernah jatuh cinta. Sekalinya dekat dengan cowok, ternyata anak kelas dua SMA. Dilihat dari sisi mana pun, keduanya tidak seimbang. Ibu mana yang tidak khawatir?
"Menurut Ibu, Faisal itu orangnya gimana?"
Suryani terpaksa meneliti ingatannya tentang anak itu.
"Kayaknya sih memang agak bedungil, ya." (badung)
Yun mengangguk kembali. "Nekatan, Bu. Ngototan juga kalau udah punya mau."
"Hmmm, sebenarnya itu bagus. Tandanya dia pemberani, ulet, dan pantang menyerah. Calon orang sukses." Suryani harus jujur mengakui kelebihan Faisal. "Dia juga cukup sopan. Keluarganya baik-baik."
Mendengar kata keluarga, mata Yun seketika bergulir gelisah. Suryani langsung paham.
"Jangan melihat ke belakang, Yun. Masa lalu itu nggak akan merusak masa depan, kecuali kamu membuatnya begitu. Masa depan itu tergantung usaha kita hari ini," ujar Suryani.
"Tapi keluarga saya nggak ada apa-apanya dibanding keluarganya. Apa mereka bisa nerima saya?"
Suryani sepenuhnya mengerti mengapa Yun menjadi seperti ini. Direngkuhnya gadis itu. Tangis Yun runtuh.
"Saya takut," rintih Yun di sela tangis.
"Kamu sayang dia?"
Yun malu-malu mengangguk. "Tapi umurnya lebih muda lima tahun. Gimana, Bu?"
Ini sebuah dilema. Suryani sadar betul. Hati Yun yang rapuh sangat berharap mendapat kebahagiaan. Tapi bisakah anak ABG itu bertanggung jawab memenuhi harapan gadis ini? Bisa jadi ia cuma main-main.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magamon Insaf
RomanceMagamon. Manusia Gagal Move On. Faisal Elvano, dokter ahli jiwa sekaligus dosen FK, telah menyandang gelar itu sejak cinta pertamanya kandas lima belas tahun yang lalu. Sekarang usianya 33 tahun dan masih belum ada tanda-tanda ia akan melepas masa l...