38. Kejujuran

320 90 49
                                    

= Banjarmasin, 2036 =

Perempuan mana yang tidak kecewa bila seseorang yang ia kasihi ternyata membagi hatinya bagi perempuan lain? Sangat jelas Faisal melihat sosok Yuniar dalam dirinya. Mungkinkah semua perhatian Faisal selama ini hanya sebagai pelarian?

Oh, bukan! Yunida merasa dirinya jauh lebih buruk dari sekadar pelarian. Faisal mungkin ingin kembali ke romansa masa lalu. Padahal ia melihat Faisal sebagai masa depan. Sakit sekali hati Yunida saat tahu mereka tidak sejalan dan searah.

"Bang, sekarang ini, siapa yang kamu lihat, Yunida Akmal atau Yuniar Lestari?" tanya Yunida lirih, dengan suara bergetar. Tangisnya nyaris runtuh.

"Ah, kenapa tanya begitu?" Faisal baru sadar situasi mereka sedang gawat saat menemukan wajah Yunida memerah dan matanya berkaca-kaca. Firasat buruk pun membayang, seperti mendung gelap yang nyaris runtuh.

"Aku sayang kamu sepenuh hati, Bang. Kenapa kamu melihat aku hanya sebagai bayang-bayang orang lain?" Beberapa butir air mata gugur.

Jantung Faisal seperti kena mesin kejut otak, kram seketika. "Yun, aku ... kamu ngomong apa?"

"Jangan menipu diri. Jujurlah pada hatimu, Bang!"

"Ah ... aku ...." Bibir Faisal mendadak kelu. Ia terpaksa meneliti diri, memutar memori kebersamaannya dengan Yunida. Bukankah hatinya bergetar karena gadis ini mirip dengan Yun-nya? Mungkin benar, ia melihat Yuniar dalam diri Yunida.

Ah!

"Yang aku sayang sekarang itu kamu!" ucap Faisal sambil menepis bayangan Yuniar.

Yunida menggeleng dengan cepat. Sampai detik ini pun, Faisal masih menyebutnya "Yun". Bagaimana ia bisa percaya pernyataan Faisal itu begitu saja?

"Enggak, Bang. Aku mirip sama dia. Namaku juga sama-sama Yun. Abang manggil aku Yun. Abang masih bawa-bawa cincinnya sampai sekarang. Abang sering nerawang kosong kayak jiwa Abang nggak ada di sini. Jujur aja, yang Abang cintai itu Yun yang itu, bukan aku!"

"Loh, kamu kok mikir ke situ, sih? Aku beneran sayang kamu!"

Faisal kini dilanda kecemasan. Bagaimana bila Yunida minta putus? Kehadiran Yunida memang membuat hari-harinya cerah dan berbunga. Namun, ia tidak menampik bahwa sebagian hatinya masih tertinggal di masa lalu. Agaknya Yunida benar, ia gagal move on.

"Tapi Abang juga masih sayang Yun yang itu, kan? Jawab jujur, Bang!" tuntut Yunida.

Agaknya, tak ada pilihan bagi Faisal selain mengungkap kebenaran. "Iya, aku memang masih sayang dengan Yun yang itu. Tapi bukan berarti aku menduakan kamu. Ak—"

Tangan Yunida terangkat, membuat tanda agar Faisal berhenti bicara. "Cukup, Bang!" potongnya. "Aku udah tahu kondisi kita seperti apa. Jangan membuat hatiku makin sakit dengan penjelasan Abang yang masih sangat cinta dengan orang lain!"

"Loh, kamu tadi minta penjelasan?" Faisal mulai mengerti mengapa banyak lelaki berkata hati dan otak perempuan memang ajaib bila telanjur emosi.

Yunida tidak menjawab. Ia malah berdiri, lalu menggantungkan tas di bahu. "Aku mau pulang sendiri! Nggak usah diantar!" Sesudah berkata begitu, ia bergegas meninggalkan Faisal.

Faisal kaget. Hubungan mereka benar-benar genting kalau Yunida sampai kabur seperti ini. Segera diraihnya tangan Yunida dan ditariknya gadis itu mendekat.

"Please ... jangan begini. Aku mungkin belum bisa move on, tapi jangan sepelekan niatku untuk serius sama kamu," bisiknya.

Yunida tercenung mendapati tatapan Faisal yang sayu dan mengiba. Sorot mata itu seperti meneriakkan permintaan tolong. Ia juga sayang pada lelaki ini. Ia pun ingin menutup luka itu. Tapi kalau seperti ini keadaannya, barangkali berjauhan sejenak akan membuat Faisal sadar bahwa ia hidup di masa kini, bukan masa lalu.

Magamon InsafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang