= Banjarmasin, 2036 =
Mereka menikmati es buah dengan dada bergemuruh. Saat mulai makan tadi, status keduanya masih single. Sekarang, belum keluar dari resto, mereka telah menjadi sepasang kekasih.
Ehm! Kalbu Faisal semakin hangat saat menyadari bahwa mulai saat ini ada seseorang mengisi ruang kosong yang ditinggalkan Yun. Walau Yun-nya yang sekarang memang bukan tipe idaman masa kecil—putri lembut nan rapuh yang membutuhkan perlindungan—namun Yunida sama sekali tidak kalah menawan. Ia bukan gadis lemah, melainkan tegar dan penuh energi. Agaknya, jenis wanita idamannya telah berubah akibat kehadiran Yunida. Jujur, harus diakui bahwa dunianya menjadi terang benderang karena semangat gadis ini. "Dynamite" pun mengalun kuat, membawa serta gairah masa remaja, merebakkan senyum yang telah lama hilang. Bukankah menyenangkan bersama seseorang yang sanggup mendatangkan keceriaan?
"Kamu pernah punya cowok, Yun?" tanya Faisal tiba-tiba. Ia tidak bermaksud apa-apa, hanya ingin mengenal lebih dalam.
Yunida mengangguk. "Abang mau tahu ceritanya?"
Faisal mengangguk. "Boleh. Kalau kamu nggak keberatan."
Yunida menggerakkan sebelah tangan dengan cepat. "Enggak, Bang. Tapi gantian, nanti Abang harus cerita mantan-mantan Abang."
"Boleh. Mantanku nggak banyak. Jadi nggak bakalan lama ceritanya."
Yunida meletakkan sendok, lalu meringis sejenak. "Mantan pertama, temanku di kelas empat ...."
"Ha? Kelas empat SD kamu udah pacaran?" Faisal ternganga.
"Dih! Cuma gitu-gitu aja, kok. Cinta anak monyet."
Faisal mengembuskan napas. Ternyata ada yang lebih kacau dari dirinya. "Ya udah. Terus, kenapa putus?"
Yunida meringis lebar. "Nggak jelas juga kapan dan kenapa putusnya. Namanya juga cinta anak monyet."
"Karena kamu dapat cowok baru?"
"Eh, aku bukan tukang selingkuh, Bang! Dia yang dapat cewek baru pas kelas lima."
"Oooooo!" Faisal mengangguk-angguk kecil sehingga Yunida merasa digoda. Gadis itu membalas dengan mencibir panjang.
"Terus habis itu ada lagi cowokmu?"
"Ada. Satu di SMP dan satu di SMA. Tapi malas cerita. Nggak penting. Nggak berkesan sama sekali."
"Oh, oke. Habis itu?"
"Habis itu waktu kuliah dapat kakak kelas."
"Siapa?"
"Hendy. Abang ingat? Pasti udah pernah stase di bagian psikiatri."
Faisal mengerutkan kening sejenak, berusaha mengingat satu demi satu mahasiswanya. "Hmmm, yang stase sebelum ini, bukan? Yang dari Kalteng?"
Yunida mengangguk.
"Kenapa putus?"
"Orangnya rese, Bang. Begini nggak boleh, begitu nggak boleh."
Faisal seperti melihat cerminan dirinya dalam kepribadian Yunida. Cerdas, namun susah diatur. Menantang sekali gadis ini!
"Habis sama dia—"
"Busyet! Masih ada lagi? Banyak bener mantanmu, Yun!" sergah Faisal.
Yunida tidak terpengaruh, cukup membalas dengan cibiran. "Gini-gini, banyak yang suka. Abang sendiri bilang tadi."
"Ya udah! Siapa lagi pacarmu?" ujar Faisal dengan ketus.
Yunida terkekeh. Faisal terlihat seperti remaja bila merajuk. "Dih, nggak perlu cemburulah! Mereka cuma mantan, Bang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Magamon Insaf
RomanceMagamon. Manusia Gagal Move On. Faisal Elvano, dokter ahli jiwa sekaligus dosen FK, telah menyandang gelar itu sejak cinta pertamanya kandas lima belas tahun yang lalu. Sekarang usianya 33 tahun dan masih belum ada tanda-tanda ia akan melepas masa l...