Ketakutan dan kebingungan mendera Yun tanpa bisa ia mengerti. Rasanya dunia seperti terbalik dan dirinya terjepit di tengah-tengah, sendirian, dan merasa dimusuhi seisi planet. Dirinya hancur, tidak memiliki kendali lagi. Orang bahkan dapat melihat isi pikirannya. Isi otak pun seperti tersiar ke segala penjuru. Bila diibaratkan sebuah vas, ia telah pecah dan terserak.
Aku takut ....
Mereka siapa?
Mereka mau berbuat jahat. Ya, pasti mereka mau berbuat jahat!
Kenapa ramai sekali di sini?
Jangan, jangan ganggu aku! Keluar kalian semua dari kepalaku, keluaarrr!
Jangan hina aku lagi! Aku nggak sanggup!
Yun meringkuk ketakutan saat ditemukan Faisal dan para tetangga. Ia sepenuhnya berada dalam dunia pikiran yang kacau.
"Yun, Yun, ini aku!" Suara Faisal menyeruak kesadaran Yun.
Siapa memanggil?
Suara itu ... suara itu ....
Ia masih mengenal suara itu. Suara yang membawa rasa nyaman. Ya, kenangan manis bersama Faisal sanggup menarik Yun dari kegelapan.
"Yun, udah, kamu aman sekarang. Ada aku di sini." Sekali lagi, suara Faisal dan kehangatan pelukannya membantu Yun kembali ke kesadaran.
"Fa-Faisal?" rintih gadis itu.
Faisal, kamu datang!
"Iya, aku Faisal. Kamu udah ingat?" tanya Faisal. Senyum manisnya mengalirkan rasa aman yang membuat gemuruh dalam kepala Yun perlahan mereda.
Ingat, aku ingat kamu. Kamu anak SMA yang suka godain aku.
"Kamu kenapa, Yun? Siapa yang bikin kamu begini?"
Yun menggeleng keras.
Aku nggak tahu. Mereka jahat. Mereka banyak sekali. Semuanya ada di kepala, Faisal. Aku nggak bisa ngomong, nggak mikir. Kacau sekali!
Yun kembali menangis sehingga Faisal terus memeluk dan mengelus gadis itu. "Udah, kamu udah nggak pa-pa sekarang. Ada aku dan Pak RT jagain kamu."
Saat kemudian, ketegangan Yun reda. Faisal membaringkannya di kasur dan menarik selimut untuk menutupi tubuh mungil itu. Setelah memastikan Yun tenang, ia menemui Pak RT di ruang tengah.
"Sepertinya Yun harus dibawa berobat," ujar sesepuh warga itu. "Kamu pacarnya?"
Faisal mengangguk. "Iya, Pak. Saya pacarnya."
Orang-orang itu memandang Faisal dengan tatapan tak percaya. Walau kesal, Faisal maklum. "Saya memang lebih muda dari dia, Pak," ujarnya dengan wajah masam.
Pak RT menepuk-nepuk bahu Faisal sembari tersenyum. "Iya, kamu harus menjaga Yun baik-baik. Kasihan, orang tuanya nggak mau mengurus dia."
"Iya, saya akan jaga dia baik-baik, Pak."
"Saya sudah telepon Bu Suryani. Beliau sedang dalam perjalanan pulang. Mungkin malam nanti baru sampai. Kita bawa Yun ke dokter sekarang. Beliau sudah setuju. Coba kamu bicara sama Yun, ajak dia berobat."
Faisal menurut. Ditemani Pak RT, mereka menemui Yun di kamarnya. Dengan hati-hati, Faisal duduk di samping pembaringan, sembari mengelus tangan kekasihnya dengan lembut.
"Yun, kita ke dokter sekarang, ya?" ujar Faisal.
Yun bangkit duduk. Keningnya berkerut. "Ke dokter? Aku nggak sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
Magamon Insaf
RomanceMagamon. Manusia Gagal Move On. Faisal Elvano, dokter ahli jiwa sekaligus dosen FK, telah menyandang gelar itu sejak cinta pertamanya kandas lima belas tahun yang lalu. Sekarang usianya 33 tahun dan masih belum ada tanda-tanda ia akan melepas masa l...