Pagi itu, Faisal sengaja datang lebih pagi untuk visit. Pukul sembilan nanti ia harus menghadiri rapat bersama Dekan sehingga ia ingin kewajibannya pada pasien dan mahasiswa dituntaskan lebih awal.
Setelah mencium lama Yunida semalam, lalu mengantarnya jaga malam, otaknya dipenuhi gadis itu. Sejak bangun tidur tadi, ia dilanda kangen berat sehingga saat menapaki selasar rumah sakit, tiba-tiba muncul pikiran iseng. Ia ingin melihat Yunida di ruang Koas. Siapa tahu gadis itu belum mandi. Pasti lucu sekali mukanya.
Faisal berbelok ke arah ruang Koas. Saat sudah dekat, ia berpapasan dengan seorang teman Yunida.
"Pagi, Dok," sapa Dita sambil menunduk hormat.
"Pagi. Saya mau visit sekarang. Tolong beri tahu teman-temanmu."
Dita terbelalak. "Dokter mau visit sekarang?"
"Iya, sekarang. Saya mau rapat pagi ini."
"Oh, mohon izin memberitahu teman-teman, Dok." Dita langsung berbalik. Dengan langkah cepat gadis itu mendahului Faisal ke ruang Koas.
Faisal segera menyusul Dita. Saat sampai di ambang pintu, matanya terpaku pada dua orang yang saling berpegangan tangan. Kontan saja dadanya sesak.
Yunida dan Arman? Sungguh tak dapat dipercaya. Emosi Faisal pun memuncak ke ubun-ubun.
Dita berbalik hendak keluar. Yang terjadi adalah ia malah nyaris menubruk Faisal. Ia mundur dengan sangat malu.
"Ma-maaf, Dokter," pintanya memelas.
Faisal tidak menanggapi karena pikirannya terpaku pada Yunida dan Arman. Mata Faisal tak lepas dari gadis yang kini datang mendekat dengan ekspresi kacau.
Hmmm, ketahuan kamu! rutuk Faisal dalam hati.
"Cuma tiga orang yang ada? Ke mana aja semua Koas jaga?" tanya Faisal dengan nada dingin tanpa melepaskan tatapan dari Yunida.
"I-iya, Dok, eh, tidak, Dok. Mungkin teman yang lain sedang mandi atau sarapan." Dita terbata menjawab karena ngeri melihat mata Faisal yang berkilat dan rahang yang terkatup erat.
"Ya udah. Yang ada aja ikut saya ke ruangan!" Faisal berbalik, lalu dengan langkah lebar mendahului para Koas itu ke ruang perawatan.
Yunida menyambar buku catatan dari atas meja, lalu berlari mengejar Faisal. Ia sempat memelototi Arman.
"Awas kamu!" sergahnya. Entah awas apa yang dimaksud, Yunida sendiri tidak tahu. Ia cuma ingin melampiaskan kesal saja.
Arman yang tidak peka segera menyusul gadis itu. Ia tidak tahu makna kemarahan Faisal. Dipikirnya dosen itu marah karena Koas yang jaga ternyata pergi-pergi dan hanya tersisa sedikit. Soalnya sudah lama ia mendengar kabar bahwa Faisal tidak tertarik pada wanita.
Dita rupanya bergerak cepat menyebarkan berita. Saat Faisal sampai di ruang perawatan, Koas-Koas jaga berlarian datang. Begitu Faisal mendekati salah satu bed, semua orang berkumpul berdesakan di sisi pembaringan. Malangnya, Arman menempatkan diri di samping Yunida. Saat teman lain datang berkumpul, mereka terdesak hingga berhimpitan.
Yunida mencuri pandang pada Faisal yang berdiri berseberangan. Seketika ia tahu lelaki itu marah besar hanya dari tatapannya yang berkilat. Faisal juga tidak mengatakan apa-apa untuk beberapa saat sehingga para Koas kebingungan dan jantung mereka mulai berpacu.
"Yunida Akmal!" panggil Faisal dengan nada keras.
Nyali Yunida kontan menciut. Kalau sudah memanggil dengan nama lengkap, artinya sebentar lagi Faisal akan membuat masalah menjadi panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magamon Insaf
RomanceMagamon. Manusia Gagal Move On. Faisal Elvano, dokter ahli jiwa sekaligus dosen FK, telah menyandang gelar itu sejak cinta pertamanya kandas lima belas tahun yang lalu. Sekarang usianya 33 tahun dan masih belum ada tanda-tanda ia akan melepas masa l...