= Banjarmasin, 2020 =Yun bersemangat untuk menyelesaikan skripsi. Setelah proposalnya selesai direvisi, ia mendapat surat pengantar untuk melakukan penelitian. Sejak awal, Suryani sudah awas-awas. Proses mengumpulkan data itu memaksa Yun keluar dan berjumpa dengan orang-orang. Ia memastikan Yun meminum obat secara benar. Selain itu, ia mendampingi di setiap wawancara dengan responden.
Faisal harus berangkat ketika Yun sedang sibuk-sibuknya menyusun hasil penelitian. Yun ingin mengantar ke bandara, tapi baik Suryani maupun Faisal melarang. Jangan sampai gadis itu mendapat tekanan lagi karena berjumpa dengan Widya. Akhirnya mereka hanya membuat acara perpisahan kecil-kecilan di rumah Suryani dengan makan tumpeng mini lengkap dengan urap, sambal goreng, telur, dan ayam ingkung.
"Kamu nggak usah sedih. Aku baik-baik aja kok kamu tinggal," ujar Yun. Sedari tadi ia dapat merasakan senyum Faisal yang seperti dipaksakan.
Faisal menatap kekasihnya. "Janji, ya. Jangan curang lagi minum obatnya. Aku bisa stres kalau kamu menghilang lagi." Mulut Faisal manyun. Bibir yang bentuknya bulat imut itu semakin menggemaskan saja.
Yun terkekeh. Ia paling senang kalau Faisal mulai merajuk. Alis cowok itu terangkat, lalu matanya melebar dan membulat, dan bibirnya manyun. Lucu sekali, mirip kartun.
"Aku janji," ujar Yun sambil menatap kekasihnya dengan mata berbinar.
Faisal kontan celingukan. Matanya memindai keadaan. Begitu Suryani memalingkan wajah ke arah lain, bibirnya mendarat di pipi Yun. Gadis itu sampai terbatuk-batuk, tersedak karena kaget.
"Yun, kamu kenapa?" tanya Suryani sambil memberikan air minum pada gadis itu.
"Fa-Faisal, Bu!"
"Dih! Emang aku kenapa?" semprot Faisal. Mana mau ia mengaku?
☆☆☆
Perpisahan itu ternyata tidak seburuk yang dibayangkan Suryani. Semula ia mengkhawatirkan Yun, sanggupkah hidup berjauhan dari Faisal. Belum lagi kewajiban untuk menyelesaikan penelitian. Kemajuan teknologi ternyata sangat membantu dua orang yang terpisah lautan untuk tetap bermesra-mesraan. Pernah suatu kali Suryani mengintip Yun yang tengah video call dengan Faisal.
"Iiiiih! Kamu jelek kalau begitu! Jangaaaan!" seru Yun. Suaranya yang lembut terdengar manja. Suryani tidak melihat wajah Faisal, tapi samar-samar ia bisa menangkap suaranya.
"Kalau begini?"
"Hihihii! Kamu kayak Puss!"
"Hmm, Puss? Puss in Boots? Wah, mukaku halus gini masa disamain meong? Nakal kamu! Nih, terima ini!"
"Iiiiiih! Kamu ngapaiiiiin? Kenapa layarnya cuma isi bibir aja?"
....
"Faisal?"
....
"Faisaaaaal! Kamu nakaaaal!"
Suryani pun meninggalkan pintu kamar Yun dengan tersenyum-senyum sendiri.
Dasar remaja bucin!
☆☆☆
Semester itu juga, Yun berhasil menyelesaikan penelitian. Didampingi Suryani, ia menjalani tahap-tahap akhir skripsinya dengan baik. Barangkali Widya memang menepati janji, membujuk koleganya untuk memberi kelonggaran pada seorang penderita gangguan psikotik untuk lulus dengan lebih mudah. Tak apalah. Yang penting Yun bisa wisuda pada semester itu.
Pada hari bersejarah ketika Yun wisuda, nenek Yun dari Basarang turut hadir. Wanita yang sudah renta itu memaksakan diri datang demi sang cucu walau buat berjalan pun ia tertatih. Ibu Yun dan bapak tirinya tidak bisa datang karena ibu Yun melahirkan anak kedua mereka. Bapak kandung? Jangan ditanya. Ia hanya mengucapkan selamat melalui telepon dan permohonan maaf tidak bisa datang karena kurang sehat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magamon Insaf
RomanceMagamon. Manusia Gagal Move On. Faisal Elvano, dokter ahli jiwa sekaligus dosen FK, telah menyandang gelar itu sejak cinta pertamanya kandas lima belas tahun yang lalu. Sekarang usianya 33 tahun dan masih belum ada tanda-tanda ia akan melepas masa l...