[31] Kejutan!

178 25 5
                                    

I'm back!!
Maaf lama, semoga ini memuaskan.

Jangan lupa vote & komen
Lov U ;)

🍻🍻

“Halo.”

Kaki panjang seorang gadis yang tengah membawa gelas putih berisi kopi panas itu berjalan menuju balkon. Sambil mengangkat panggilan dari seseorang yang lama tidak ia temui.

“Halo.”

“Kenapa, Ge?”

“Gapapa Sya. Emang gak boleh ya nelfon kamu?”

Aya meminum kopinya setelah duduk di kursi rotan berlapis busa. “Jangan mulai, Ge.”

Terdengar tawa serak lelaki itu di seberang sana. Namun tawa itu tidak lagi menggetarkan hatinya.

“Besok aku ada kejutan buat kamu,” tutur Gebams.

Tanpa ekspresi Aya pun menjawab, “Kejutan apa?”

“Kalo aku kasih tau, jadinya bukan kejutan dong. Tunggu besok ya. Oh atau kamu gasabar pengen tau?” sahut Gebams menggoda yang mana malah membuat Aya menghela nafas pelan.

“Yaudah besok,” pungkas gadis itu.

“Yaudah kalo gitu, aku mau main dulu. Selamat malam, mimpi indah Sya.”

“Hmm.” Aya hanya berdehem menanggapinya. Namun iya menyadari sesuatu.

“Ge!”

“Iya Sya, kenapa?” jawab Gebams cepat.

“Lo besok masuk sekolah?” tanya Aya langsung.

Di kamar, Gebams tersenyum mendengarnya. “Iya Sya. Aku udah sehat kok.”

“Masih pake gips?”

“Udah dilepas. Aku gak nyaman pake itu.”

“Oh yaudah hati-hati.”

Lagi, Gebams semakin melebarkan senyumnya. Bukan lebay, kalian hanya tidak mengerti bagaimana efek semua ucapan Aya terhadapnya. Sampai kapanpun Gebams tetap mencintai Aya.

“Iya Sya. Makasih ya.”

Setelah mendengar itu, Aya segera mematikannya. Entah kejutan apa yang akan Gebams berikan. Aya hanya bisa menunggu besok. Otaknya tidak lagi terpaku pada cowok itu. Semenjak memasuki jenjang SMK, ia merasa dirinya berubah.

Angin malam bertiup kencang seolah ingin menyentuh kulit tubuh Aya yang terbalut cardigan. Gadis itu kembali meminum kopinya.

Benar bahwa semakin lama pohon akan ditumbuhi banyak cabang. Seperti masalahnya, jika dibiarkan maka cabang itu akan semakin banyak dan bisa saja mengganggu.

Tentang statusnya yang tergabung dalam kemafiaan, itu sebuah ketidaksengajaan. Berakhir, kini dirinya malah menjadi teman dekat pencetus kelompok yang ia masuki. Aya tahu semua ini tidak bisa dikatakan baik. Menyimpan rahasia besar dari keluarganya tentu sangat berat. Aya bahkan tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi ayahnya jika tahu putri kecilnya ternyata sangat nakal.

Kembali Aya menghela nafas. Bergelut dengan pikirannya yang mengarah pada Bara, gadis itu tidak bisa santai ketika melihat atau bahkan mengingat lelaki itu. Yang ada hanya rasa kesal dan amarah.

Aya bangkit membawa serta gelas untuk masuk ke kamar dan menaruhnya di meja. Tidak sengaja sepasang indra penglihatannya memandang projek fisika yang 90% hampir selesai tergeletak di meja belajar. Ia masih memiliki urusan dengan pemuda yang membuat hidupnya tidak karuan.

Mistakes [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang