Hai!!!
Ada yang kangen gak?
Kangen author, Aya, atau kangen Bara?
Gak ada?
Ya udah deh gapapaSebelum baca, aku ingetin buat vote dulu ya jangan lupa komen juga
Biar aku tambah semangatSelamat membaca!!
-oOo-
“Jadi yang mana? Hitam apa putih?” tanya Bara jengah. Minggu pukul 10 pagi, majikanya—Aya—berkoar meminta ditemani ke mall. Sesuai dengan permintaan gadis itu beberapa waktu lalu di sekolah.
Virgo akan berangkat PKL besok subuh. Jujur Aya belum siap ditinggal kakaknya, namun mana bisa ia mencegah. Tahun depan ia juga akan merasakan kembali jauh dengan kakaknya.
“Dua-duanya bagus, Bar,” rengek Aya. Gadis itu juga bingung memilih hoodie berwarna hitam atau putih. Ia juga menimbang-nimbang, cuaca di Bali panas dan kebanyakan baju serta kemeja milik Virgo berwarna gelap. Ia tidak tega kulit kakaknya gosong. Namun Virgo itu sedikit ceroboh dan tidak memperhatikan penampilannya. Jika Aya memberi hoodie putih lalu jika Virgo pakai di Bali dan dengan enaknya malah dijadikan usap setelah makan kan bahaya.
“Cepetan Nyet! Masa iya Bang Virgo lo biarin siap-siap sendiri. Adek macem apa lo?” cibir Bara menumpahkan tangan kirinya di salah satu patung boneka. Kakinya terasa lunglai menemani gadis berjaket jeans itu berbelanja hadiah untuk Virgo. Ya, anggap saja sebagai tanda sayang dari adiknya. Tau saja Virgo akan merindukan dirinya disana sedangkan Aya pasti akan sangat merindukan kakaknya itu.
“Yaudah deh, beli dua-duanya aja. Yuk.” Bara mengikuti Aya yang menarik jaketnya untuk berjalan menuju kasir. Tangan kiri gadis itu memegang dua hoodie yang selama tigapuluh menit mereka cari.
“Dah, sekarang pulang,” pungkas Bara ketika mereka keluar dari toko.
“Aus Bar. Cari minum dulu,” cela Aya. Di tangan kanannya menggelantung sebuah paper bag berisi hoodie.
“Ck,” decak Bara, “cepet.”
Aya berjalan ke kedai boba yang tampak longgar. Bara mengikutinya, kakinya pegal berkeliling mall besar ini. Ia heran kenapa wanita tidak ada capeknya jika sedang berbelanja.
“Lo mau gak?” tanya Aya menawari Bara.
“Sembarang,” jawab Bara singkat duduk di salah satu kursi.
Putaran bola mata gadis itu perlihatkan. “Kaya cewek banget sih?! Yang pasti elah!” sentaknya.
“Apa kabar Mbaknya? Lo juga ia berarti,” balas Bara tak mau kalah. Memicing pada gadis itu.
“Gue lain dari yang lain, sorry,” ucap Aya mencibir.
“Cepetan Nyet. Gue gak mau bagi minum,” sentak Aya kembali.
“Iya mau lah, yakali gak mau. Pegel nih kaki, ngikutin lo kesana kesini,” curhat Bara menepuk paha kanannya.
Aya memutar bola matanya malas kemudian memesan dua minuman. Ia duduk di kursi sebelah Bara, kursi tunggu singel yang dikhususkan untuk pembeli yang tidak nongkrong dulu. Karena biasanya beberapa memilih singgah dan duduk di kursi dengan meja bundar di sebelah kedai.
“Pesanannya, Kak,” ucap Kakak-kakak kasir. Aya bangkit untuk mengambil serta membayarnya.
Ia kembali dan menyodorkan pada Bara satu gelas plastik berisi minuman yang hits di kalangan millennial. Langsung saja diminum oleh lelaki itu dengan serakah. Kentara jika Bara sangat haus. Aya terkekeh geli sekaligus sinis, ingin sekali dirinya kembali menggoda Bara dengan mengejek laki-laki itu namun melihat wajah kelelahan Bara membuat Aya mengurungkan niatnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mistakes [END]
Teen FictionAya Lusya Wardina cantik orangnya, siapa aja bakal ngincer dia jadi pacarnya. Sayangnya dia galak, jutek, songong, sombong dan masih banyak lagi sifat angkuhnya. Dibalik itu kalo udah temenan sama dia pasti paham sifat asli dia; baik banget. Aya lu...