[20] Getaran

336 31 11
                                    

Hai!!!
Kencengin vote ya komen juga
Terimakasih
Selamat membaca!!

-oOo-

Aya sampai di rumahnya tepat ketika adzan berkumandang di salah satu masjid dekat perumahan. Halaman rumahnya ramai terparkir motor. Bisa dipastikan itu milik teman-teman Virgo.

Motor CBR-nya ia lajukan hingga ke garasi yang terbuka lebar. Matanya melirik motor Bara yang terparkir di samping motor Virgo. Dirinya belum memakai motor biru itu.

Kakinya melangkah memasuki rumah yang sudah ramai dengan suara bariton nan berisik milik teman-teman Virgo. Kepalanya menggeleng melihat tingkah mereka yang seolah rumah ini seperti rumah mereka sendiri.

“Kok pulangnya lambat, Dek?” tanya Virgo yang baru turun dari lantai atas. Baju hitam berkerah Virgo kenakan dipadu dengan celana longgar selutut berwarna coklat.

“Habis jenguk temen,” jawab Aya berjalan ke arah Virgo kemudian memeluk kakaknya itu.

Virgo melingkarkan tangannya di leher Aya, mengecup lembut pucuk kepala adiknya yang sangat manja saat ini.

“Temen apa temen?” celetuk salah satu teman Virgo yang fokus menggerakkan jempol tangannya pada stik PS.

“Temen apa mantan?” timpal Putra. Lelaki itu duduk di kursi dengan sikap jigang sambil memakan setoples cetos.

Aya mencibir dengan gerakan bibir. Menghiraukan sindiran teman-teman Virgo dan memilih terus memeluk badan besar yang saat ini tengah mengecupi pucuk kepalanya.

“Mantan lo kecelakaan?” Aya mendongak dan melonggarkan pelukan mereka.

“Kenapa manggilnya mantan sih, risih gua,” cibir Aya dengan raut wajah kesal.

Virgo terkekeh kemudian mengacak surai lurus Aya. “Mukanya rusak gak?”

Aya menukikkan alisnya tajam. “Jahat banget lo tanya kaya gitu,” ujarnya.

Virgo melepas pelukan mereka dan berdiri tegak sambil memasukkan tangannya ke saku celana. “Ya kan cuma nanya.”

“Siapa tau kalau mukanya bonyok, nanti gantengnya ilang deh. Biar adik gue ini gak naksir lagi sama dia,” sambungnya sambil mengapit pipi Aya membuat bibir gadis itu mengerucut seperti ikan.

Aya menyentak tangan Virgo. Matanya memandang tajam ke arah kakaknya. “Ya elah, tinggal balikan aja sih kalau emang masih ada rasa.”

“Tak tapok lambemu!” sentak Aya pada Doni yang berkata tadi.

Bukannya takut, cowok yang duduk di karpet itu kini memajukan bibirnya sambil memejamkan mata. “Sini sini tapok sini. Tapok bibir seksi ini.” Semakin Doni majukan bibirnya.

Virgo menyentak dengan berkata, “Ganti baju dulu. Nanti baru lo aniaya mereka.”

“Sialan lu, Go,” seru Omes, lelaki yang fokus dengan permainan PS bersama Fuad di sampingnya.

🍻🍻

Aya keluar dari kamar mandi kamarnya dengan muka yang lebih segar. Rambutnya dicepol dengan tidak niat dengan piama navy yang pas di tubuhnya. Ia duduk di kursi putar sambil menggerakkannya pelan. Sejenak ia melirik komputernya yang menyala menampilkan layar desktop dengan gambar orang menghadap belakang berdiri di tepi karang.

CPU dengan cairan liquid warna biru juga tak luput dari perhatian Aya. Pikirannya melayang kemana-mana. Ia meraih mouse yang ada di meja, menggerakkannya pelan tanpa bermaksud memberi perintah pada komputer. Ia menerawang kejadian beberapa jam lalu.

Mistakes [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang