»Barsel Vocational High School«
-oOo-
Selamat datang di SMK Barsel. Tulisan itu menyambut siswa yang akan memasuki gerbang utama. Pagi ini cewek yang masih memakai seragam SMP nya itu memandang gerbang itu sedikit lama.
Banyak siswa maupun siswi berlalu lalang memasuki gerbang. Jika menemukan murid yang seragam SMP maka dipastikan ia baru kelas 10. Seperti dengan Aya. Ya... Aya Lusya Wardina, nama gadis itu.
“Dah pasrah. Maunya sekolah di LA bareng Vrinsal, malah nyangkut disini.” Aya menyebrang dengan hati-hati sambil melihat kiri kanan.
“Oi!” seru salah satu siswi berlari ke arah Aya.
“Sekolah disini juga lo?” tanyanya sembari terkekeh.
“Kalo bisa sih pilih minggat ke LA gue. Tapi nggak mau durhaka ama orangtua aja,” sahut Aya.
“Hiya hiya.”
Diva merangkul Aya dengan sedikit menjinjit dan mulai berjalan memasuki wilayah sekolah.
“Gede juga ini sekolah,” ucap Aya.
“Emm katanya sih gitu. Liat aja nanti,” jawab Diva.
“Oi!!” seruan itu membuat keduanya menoleh. “Apaan?!” tanya Aya nggak pakek selow.
Siswa yang tadi memanggilnya kini berlari kecil ke arahnya. “Jutek amat,” sindir lelaki itu.
"Lo berdua ya. Nggak di rumah, disini, berantem mulu kerjaannya," sindir Diva.
“Ngapain? Katanya OSIS sibuk,” ketusnya. Aya berucap menyindir dengan memutar bola matanya sekali.
“Tugas gue ngedokumentasi, jadi nggak terlalu sibuk,” jelas Virgo.
“Dada adekku sayang. Abang mau kerja dulu ya,” kata Virgo. Jarinya mencolek dagu Aya genit. Aya memandangnya tajam dan Virgo mulai lari ke arah lapangan basket untuk bergabung bersama anggota OSIS lainnya.
“Dah yok ke lapangan. Kayaknya Apel mau dimulai,” ujar Diva.
🍻🍻
Sendiri, tak kenal orang, tak kenal siapapun yang ada di kelas, itulah yang kini dirasakan Aya.
Aya memilih bangku kosong paling belakang untuk mendudukkan bokongnya.
Beberapa siswa bicara dengan menggunakan bahasa daerah. Itulah yang kini ia dengar, siswi-siswi yang ada di depannya ini sepertinya berdialog menggunakan bahasa jawa.
“Ora lah.. Awakmu kenal sopo ae neng kene?” tanya siswi yang duduk di sebelah kanan.
“Mek titik sing tak weruhi. Kae, kae, karo kae, kancaku sak kelas pas SMP.” siswi sebelah kiri menunjuk 3 siswa yang katanya teman sekelasnya dulu.
“Oalahh,” sahut sebelahnya.
“God! Gue harus ngapain ini..? Ajak kenalan gitu?” Aya saat ini tengah bergelut dengan pikirannya.
Aya memilih untuk bangkit dan menghampiri mereka dengan senyum tipis.
“Hai,” sapanya kepada dua siswi berjilbab itu.
“Hai,” jawab mereka sembari membalas senyum Aya.
Aya duduk di kursi yang ada di depan meja keduanya. “Nama lo siapa?”
Kedua cewek itu menaikkan alisnya dibarengi kerutan yang muncul di antara dahinya. Aduh! Kayaknya kata-kata gue salah nih, batin Aya.
“A-aku Aril,” jawab cewek jilbab biru tersenyum menampilkan gigi kelinci yang imut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistakes [END]
Teen FictionAya Lusya Wardina cantik orangnya, siapa aja bakal ngincer dia jadi pacarnya. Sayangnya dia galak, jutek, songong, sombong dan masih banyak lagi sifat angkuhnya. Dibalik itu kalo udah temenan sama dia pasti paham sifat asli dia; baik banget. Aya lu...