[11] Dunianya

363 40 1
                                    

Biasakan vote terlebih dahulu
Mohon diingatkan jika ada typo atau semacamnya
Happy Reading!

-oOo-

Di kediaman Bara, berkumpul teman-teman sepermainannya. Duduk di rooftop rumah sambil melakukan bakar jagung dan sosis.

Seperti biasa, Bara dan gitar. Dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Yang lain sibuk makan dan membakar, Bara sibuk memetik sinar gitarnya sambil bernyanyi pelan.

“Sausnya habis, Bar,” adu Galuh mengangkat botol saus.

“Ambil di bawah,” sahut Bara tanpa melihat Galuh. Segera lelaki itu berlari menuju tangga.

“Hawanya adem, tapi kalo di dalam rumah gerah banget,” ujar Bian.

Danel menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya kemudian ditempelkan pada pipinya berusaha menghangatkan badan. “Gue aja ini udah menggigil Nyet,” tutur Danel.

“Deket api sono,” suruh Dian.

Danel segera mendekati Bian yang sibuk mengipasi jagung yang tampak belum menghitam di atasnya.

“Ijat dari tadi kok belum balik. Udah seret nih leher gue,” ujar Wildan.

“Lu sih maruk! Temen pada belum makan, lo udah abis dua tusuk sosis. Rasain noh!” ejek Dian mendorong bahu Wildan.

Dari tangga muncul dua lelaki yang salah satunya sudah ditunggu Wildan. Ijat membawa dua botol minuman besar, satu air putih dingin dan satunya lagi Coca Cola. Galuh datang dengan satu botol saus dan sepiring sambal. Mungkin Rika, ibu Bara yang memberikannya.

“Lo gak bawa gelas?” tanya Wildan pada Ijat.

“Tangan gue dua,” sahut Ijat sambil menunjukkan kedua telapak tangannya di samping tubuh. “Udah mending gue ambilin minum,” sambungnya.

Akhirnya Wildan menenggak air putih dingin langsung dari botol. Tentu tanpa menyucup bibir botol. Entah umpatan apa yang akan Wildan terima jika ia sampai melakukan itu. Mungkin semua nama hewan kebun binatang akan keluar dari mulut teman-temannya.

Bayu, cowok itu duduk di samping Bara. Di sofa empuk besar yang sengaja di letakkan di rooftop. Ia memainkan ponselnya. Senyum lebar terbit di bibirnya seiring ia terus bermain ponsel. Bara sendiri masih dengan dunianya—bersama gitar.

“Chat sama siapa lo?” tanya Bara tanpa menoleh. Masih tetap bisu memetik dan mengatur kunci gitar.

“Aya,” jawab Bayu tenang.

Bara menghentikan jarinya. Ia menoleh pada Bayu. Cowok itu tersenyum lebar sambil mengetikkan jarinya di atas layar ponsel.

Alis Bara terangkat sebelah. Memandang Bayu aneh. Ada sedikit rasa iri di hati Bara. Sedikit, hanya sedikit. Namun bukan hal mudah untuk mendekati gadis bule yang songong itu. Dalam chat maupun speak langsung dihadapannya, gadis itu sama-sama tidak bisa santai dalam bicara. Ngegas adalah ciri khas Aya.

Kembali pada Bayu. Cowok itu semakin senang jika dibalas. Walaupun tidak ada kata-kata manis dari Aya layaknya seorang cewek yang memerah pipinya akibat menerima gombalan dari Bayu.

«– Aya 🦁

Apasih?!

Enggak 😊

Y ws!

Apa?

Jangkrik!
Lo sehat gak sih?!

Alhamdulillah Mbaknya 😊

Apa?!

Apa?

Mistakes [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang