[14] Dijemput

366 35 4
                                    

Biasakan vote terlebih dahulu Sayang
Tolong koreksi jika ada typo dan kesalahan penulisan
Selamat membaca!

-oOo-

Virgo baru saja membersihkan diri. Mandi pagi membuat badannya segar. Rambutnya agak basah karena terkena air. Lelaki itu turun ke bawah berniat untuk membuat sarapan untuk dirinya dan adik tercinta yang mungkin masih molor.

Jam digital berbunyi menandakan tepat pukul enam pagi. Baru saja ia melangkah berbelok ke dapur ia terkejut bukan main dengan apa yang ia lihat. Matanya membulat tak percaya, badannya kaku tidak bisa bergerak.

“Ngapain lo diem kaya patung? Pergi gih, lebih bagusan patung pancoran timbang lo.” Suara yang lembut namun terkesan sarkas.

Virgo melangkah mendekat. Menyentuh dahi orang itu, mengecek apakah panas atau tidak. Kepalanya menggeleng tanda bahwa dugaannya salah.

“Kesambet apaan lo hah?” tanya Virgo.

“Apaan sih,” sentak adiknya yang tengah bergulat dengan omelet yang sedang digoreng.

“Tumben banget lo pagi-pagi udah nangkring di dapur,” jawab Virgo.

“Kalau mau jadi bapak rumah tangga, lo itu harus bangun lebih pagi Bang. Gue dari subuh udah kelaparan njing,” cetus Aya kemudian membalik omelet menggunakan spatula.

“Mana roti tawar abis lagi,” sambungnya.

“Segitu lapernya?” tanya Virgo. Aya mengangguk lucu. Sangat menggemaskan di mata Virgo.

Adiknya itu memang jutek, kasar dalam berkata, namun sebenarnya jika menyamar menjadi gadis yang lugu, polos, dan anggun maka Aya akan sangat lebih cantik. Namun beribu kata jika, itu semua tidak akan pernah terjadi. Mustahil seorang Aya Lusya menjadi polos dan pendiam.

“Ya udah cepet, jangan sampe gosong,” tutur Virgo sebelum meninggalkan dapur.

“Bacot, bantuin kagak, nyinyir iya, hih,” kesal Aya.

Limabelas menit berlalu, kini Wardani's sibling duduk di meja makan, hendak menikmati sarapan spesial buatan Aya.

“Baunya sih enak, muda-mudahan rasanya juga,” kata Virgo sambil memotong omelet di piringnya.

Baru satu kunyahan, Virgo langsung terdiam dan mengeluarkan mimik wajah yang menyipit. Ingin ia memuntahkannya namun dirinya menghargai kerja keras adiknya. Setelah menelan, ia segera menengguk air putih dengan rakus.

“Dek, gue ngerti lo suka makanan asin. Tapi gak gini juga lah. Berapa sendok lo tambahin garam?” tanya Virgo pada adiknya yang masih santai memakan omelet yang sangat asin itu.

“Empat sendok doang,” celetuk Aya sambil mengunyah.

“Kira-kira lah. Sumpah ini asin banget,” terang Virgo.

“Tinggal nambahin saus aja ish. Sekali-kali kek ngerasain makanan asin. Semua buatan lo itu enak, gak ada sensasinya pas makan,” cetus gadis jutek itu.

“Pas pelajaran lo pinter, tapi kenapa pas dipraktikin lo jadi dungu gini,” semprot Virgo.

“Masih mending asin, gue buatin yang pahit baru tau rasa lo,” timpal Aya tak mau kalah. Rahangnya bergerak mengunyah dengan garang, seperti singa kelaparan.

Virgo menghela nafas. Ia mengambil botol saus dan menuangkan ke piringnya. Setidaknya itu bisa mengurangi rasa asin dari omelet maut yang Aya buat.

🍻🍻

Aya mengunci pintu rumah, ketika berbalik terlihat motor yamaha viksen memasuki area rumahnya. Itu Bara.

“Ngapain?” tanya Aya menaikkan dagunya.

Mistakes [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang