[21] Babu

323 36 1
                                    

Hai! Ketemu lagi!
Vote sebelum baca ya sayang
Komen juga
Selamat membaca!!

-oOo-

“Beb, body lo gilak,” bisik Candra, “jadi tatapan cowok ih.”

Aya menaikkan satu alisnya kemudian menoleh pada kumpulan siswa yang masih memandanginya. Dengan berani Aya menatap mereka balik, dengan pandangan datar dan tidak bersahabat. Membuat mereka lebih memilih mengalihkan pandangan.

“Lagian juga ngapain pake celana pendek sih? Ketahuan Pak Johan tau rasa lo,” timpal Devi.

“Ck, gue gak suka kalo pake trining. Susah gerak,” decak Aya.

Pak Ilham, guru olahraga mereka datang. Mendekat ke arah Adam selaku ketua kelas. Tak lama setelahnya kembali pergi menuju ruang BKK.

“Hari ini main basket. Sembarang los, penting gak ganggu kelas lain. Sebelum istirahat lapangan harus kosong,” ucap Adam.

“Alah gue gak bisa basket,” rengek Candra.

“Belajar atuh geulis,” balas Aya.

“Dep, lo main gak?” tanya Aya.

“Ntar lah gue. Masih males,” balas Devi kemudian melangkah ke pinggir lapangan.

“Ya udah. Gue main,” ucapnya mengangkat bahunya acuh.

Stretching dulu, Beb!” teriak Candra tanpa rasa malu.

Aya mendekati Bara dan lainnya yang memegang bola basket. “Ayo main,” ajaknya.

“Pemanasan dulu. Pras, lo pimpin,” titah Bayu.

Aya berdiri di sebelah Bara. Mengikuti gaya Pras yang ada di depan mereka. Bara sesekali mencuri pandang pada Aya. Jangan tanya jantungnya, saat ini masih berdegup kencang. Ia bahkan merasa panas di pipinya. Gila Bar lo gila batinnya.

Pemanasan selesai, tampak Aya langsung mengambil salah satu bola kemudian mulai men-dribble bola ke arah ring. Merasa tertarik, Bara kini mendekat dan langsung mengambil alih bola tersebut.

Aya terkejut dan langsung menoleh. Alisnya terangkat sambil tersenyum miring. “One by one?” tantangnya.

Bara menanggapi senyum miring itu dengan sekali gerakan ia melompat dan menembakkan bola ke arah ring.

Gol!

“Ayo lah,” kata Bara. Gadis itu tersenyum kemudian melangkah mengambil bola yang memantul menjauh.

“Sampai 21 menang,” ucap Bara.

Deal!” seru Aya sambil menggiring bola.

Kini keduanya mulai serius. Saling merebut dan menggiring bola mendekati ring. Kalung salib tampak menggantung ketika Aya membungkuk. Bara ingat jika gadis itu seorang kristian. Kalung yang tampak sederhana dan kecil, bergerak sesuai dengan arah gerakan Aya. Tiba-tiba hati Bara seperti tergores, entah kenapa.

Fokusnya teralih hingga teriakan Candra dan yang lain mengejutkannya.

“Gol! Satu kosong!” teriak Candra.

Aya tampak kembali men-dribble bola diiringi tawa. Sambil mengatur nafas ia melangkah ke arah Bara. Melempar bola tersebut ke lelaki yang memantung di sana.

“Gercep elah!” sentak Aya dengan nada mengejek.

Bara terkekeh, kini dirinya mulai menggiring bola mendekati ring. Dirinya memang tidak mengikuti ekstrakurikuler basket namun ia cukup lihai bermain basket berkat ilmu dari SMP.

Mistakes [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang