[07] Gebams

484 48 2
                                    

Malam tiba.

Motor trail merah milik Aya terparkir di pekarangan rumah Diva.

“Cepetan njing! Lama bener,” gerutu Aya.

Dirinya kini bersandar di pintu kamar Diva yang terbuka lebar memperlihatkan pemilik kamar yang masih memakai sepatu.

Penampilan Aya seperti biasa, tak ribet. Kaos putih polos yang tertutup jaket lepis berwarna hitam. Celana joger berwarna hitam dengan sneakers putih menutupi kaki putihnya.

Diva memakai sweater abu-abu dengan celana lepis putih. Sepatu puma dengan cleret pelangi di punggung kaki terpakai sempurna di kaki Diva.

“Bawel. Sejak kapan lo jadi juweh*?”
*cerewet

“Sejak lo dari setengah jam yang lalu nggak selesai-selesai,” dumel Aya.

Diva mencibir Aya dengan gaya mulut yang dimiringkan dengan alis terangkat menampilkan ekspresi jengah.

“Dah yok!” Aya melenggang pergi meninggalkan Diva.

Segera Diva menyusul Aya. Tak lupa menutup pintu kamar dan juga membawa kunci rumah. Ayahnya menginap di rumah Om Duki karena lebih dekat dengan tempat kerja.

🍻🍻

Semua telah berkumpul. Ada Diva, Aya, Imel, Lia, Tama, Raka, Vero, Septa. Mereka duduk di sebuah gazebo yang ada di cafe yang mereka kunjungi.

“Eh liat postingan Lambe Lemes nggak lo pada?” ucap Imel mengawali pembicaraan.

“Jangan mulai ghibah njir,” sahut Vero dengan mata terfokus pada layar ponselnya.

“Siapa? Diva lagi?” tebak Lia.

Mata mungil Diva memandang Lia tajam. “Gue lagi!” serunya tak terima.

“Bukan. Itu... Si Bams anak TBSM. Gans njir,” ujar Imel terbinar.

“Yang mana satu?” tanya Diva.

“Itu.. Yang putih tinggi. Geng-gengannya sama Praynando, anak TBSM 4,” jawab Imel.

“Yang sok itu?” tebak Diva.

“Emm nggak tau gue mah, pokok yang paling ganteng di kelas TBSM 2.”

"Lo mah semua cogan ngerti Mel, Imel."

“Kali aja ada yang kecantol gituh. Wkwk,” gurau Imel terkekeh.

Aya yang sedari tadi diam membuat Septa menyenggol usil lengannya.

“Diem diem baek!” seru Septa.

Decakan keluar dari mulut Aya, membalas senggolan dari Septa.

Malam ini, Aya sedikit malas entah ada apa dan mengapa. Mager gituh aja.

“Nape lo? Nggak semangat banget,” cetus Lia pada Aya.

“Ngga tau. Mager aja,” sahutnya malas.

“Hahhh!” pekik Imel terkaget dengan mata membulat membuat mereka memandang Imel heran.

“Ada paan?” tanya Raka.

Imel masih tetap diam sambil mengedipkan matanya beberapa kali.

“Apaan woi. Jangan buat kita bingung bego!” sarkas Tama.

Jari Imel menujuk ke depan. Membuat mereka mengikuti arah tunjukan Imel.

“Bams. Itu tuh Bams,” pekiknya tertahan sambil menggoyangkan lengan Septa yang ada di sampingnya.

Mistakes [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang