[13] Rumah Bara

359 44 2
                                    

Biasakan vote terlebih dahulu
Typo adalah hal yang tidak disengaja, jadi mohon diingatkan jika terjadi hal seperti itu
Selamat membaca!

-oOo-

Tumben, kata yang tepat untuk Aya dan para laki-laki nakal yang kini tengah berjalan bersama menuju parkiran. Aya seperti ratu yang dijaga para kesatria. Pret! Tai asu ... Bukannya dijaga tetapi sepanjang jalan mereka terus memancing amarah gadis itu.

“Bilang gitu lagi, gue koyak seragam lo,” ancam Aya sambil menunjuk Galuh.

“Pipih! Mimih tatut!” ejek Galuh dengan alay berlagak berlindung di punggung Pras.

“Aya kembaran Cimoy esolole!” Bukan Galuh, melainkan Ijat dengan muka tengilnya.

Aya menggertakan giginya. Rahangnya tampak mengeras. Ia dengan cepat melangkah mendekati Ijat yang masih berjoget mengejek. Hendak menarik seragam lelaki itu namun sebuah cekalan Aya dapat.

“Lepas anjing!” seru Aya berusaha melepas cekalan Bara pada lengannya.

Lelaki yang sedang berjoget itu mendekati Aya kemudian mencolek lengan Aya yang tidak di pegangi Bara bermaksud untuk memancing lagi. Namun sebelum menjauh, kaki Ijat diijak oleh Aya dan...

SREEKK!

Ijat hampir melakukan split karena injakan kaki Aya. Sialnya, celananya robek. Tawa mereka menggema di tengah jalan— tempat mereka berhenti. Mereka masih berada di area sekolah. Dengan cepat Ijat merapatkan kakinya kemudian menurunkan tasnya.

“AYA!!” seru lelaki itu memandang Aya tajam sambil memajukan bibirnya.

Demi kuntilanak beranak pocong, bibir Ijat benar-benar seperti sosor bebek. Panjang ketika mengerucut dan tidak terlalu gepeng seperti donal duck.

Demi apapun tawa mereka belum mereda, malah semakin menjadi. Bian dan Pras yang paling diam dan menyimak kini berjongkok sambil memegangi perutnya. Persetan tatapan bingung dan ngakak para murid di sekitar mereka. Bagi mereka yang menyaksikan dari awal pasti juga tertawa.

“Jat, diem Jat! Kalo lo jalan ntar malah makin gede robeknya!” ujar Dian.

“Wetengku kaku Cok!” cetus Bian dengan mata yang terpejam dengan terus tertawa.

“Burungnya jangan sampe kabur Jat!” ujar Bayu frontal dengan tawa yang sesekali.

Wildan bahkan sudah bersender di salah satu pohon untuk menyangga tubuhnya yang lemas karena tertawa.

“Bara,” rengek Ijat memelas. Demi Tuhan, mereka sudah menjadi bahan tontonan disini.

Wajah Bara memerah karena menahan tawa yang ingin meledak. Aya puas melihat Ijat mendapat karma. Eh salah server kah? Seharusnya Galuh. Tapi tak apa, lain kali Aya akan mendatangkan karma spesial bagi Galuh.

“Ayo pulang, lanjut jalan lagi. Pras lo depan, Bay lo juga,” ujar Bara dengan tawa yang sesekali muncul.

Karma is Me, Dude. I see you!” ejek Aya sambil menggerakkan jarinya seperti gaya yang identik dengan Tukul Arwana. Kembali ia tertawa melihat Ijat yang jalan seperti orang kebelet pipis.

“Itu kenapa?” tanya salah satu kakak kelas yang melintas.

“Baru aja kena karma,” sahut Aya lalu menyusul para lelaki kesatrianya eaaa... salah satu dari mereka celananya sobek :b

🍻🍻

Malamnya Aya tengah bersiap untuk keluar. Ia menyemprotkan parfum kesukaannya kemudian kembali merapikan rambutnya yang ia biarkan tergerai. Tangannya menyambar ponsel dan kunci motor CRF.

Mistakes [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang