Epilog

298 19 0
                                    

Haii ini marchya05

Aku nepatin janji buat bikin epilog ya kemarin, so ini dia...

Dibaca pelan-pelan okay? Jangan buru-buru, gak mau pisah sama MISTAKES kan?

Lets go!!

Playlist : Salam Tresno- Woro Widowati

🍻🍻

Hari ini jam pelajaran kosong. Ramai anggota OSIS yang tengah mempersiapkan event Diesnatalis SMK Barsel. Murid-murid juga berlalu lalang di lapangan yang kini disulap meriah dengan panggung di ujungnya. Lagu dangdut koplo hits diputar dengan sound sistem menggelegar.

Mendapat bocoran dari Virgo tentang hal itu, Aya sengaja datang terlambat sekitar pukul 8. Tidak ada satpam maupun anggota OSIS yang berjaga di gerbang. Tanpa tas dan hanya membawa tubuh serta menenteng kunci motor bergantungan gelang.

“Anjir berandalan banget lo, Ya,” sarkas Raka, teman Diva yang tengah nongkrong di depan kelasnya. Tentu bersama teman-temannya.

Aya bersandar di pagar pembatas. Terkekeh mendengar ucapan Raka.

“Diva mana?” tanyanya.

“Sama Bang Alaska lah,” sahut lelaki itu.

“Enak ya punya pacar, kemana-mana dibawa terus. Dikenalin sana sini,” cetus Wildan.

“Ya sana cari pacar.”

Wildan berdecak mendengar ucapan Aya. “Gak ah gue masih trauma,” sahutnya seraya melirik Bayu.

“Nyenggol mulu,” sahut Bayu mengerti tatapan itu.

Mereka tertawa. Masih ingat jelas bagaimana gadis incaran Wildan menolak ajakan Wildan berpacaran karena suka Bayu.

“Lagian siapa sih yang mau sama lo? Mentok juga di kita-kita pasti yang dapet Bayu kalo nggak ya Bara,” komentar Danel.

“Fisik mulu yang diandelin, sukur lo dapet macem nenek lampir,” sarkas Aya.

“Nah kan, fisik mulu, hatinya gak digunain,” timpal Ijat.

“Bacot ah, semua juga dimulai dari fisik kali! Lo mana mau sama yang korengan?!” timpal Dian.

“Amit-amit lah anjir! Doa gua mah semoga dapet yang mulus ples montok, asekk,” sahut Ijat.

“Montok terus kalo ternyata hasil orang lain mah lain rasa lagi,” ucap Bian.

“Nih! Kalo Ayah Bian udah ngomong pasti bener!” ucap Galuh.

“Clapback lo Bian mulu, gak kreatif!” Ijat mencela.

“Suka-suka gue lah!”

“Lo kemarin dapet salam dari Bams, Ya,” ucap Pras.

Aya mengerjap, “Hah? Masa?”

“Iya, pas kejadian itu selesai dia sama tunangannya cariin lo. Katanya mau ngucapin makasih, tapi lo udah pulang kayaknya,” jelas lelaki itu.

Mengingat malam itu, Aya seketika melirik Bara yang sedari tadi diam. Ia tersenyum simpul. Tidak, mereka sama sekali tidak menjauh, tidak bertengkar, atau saling menyakiti. Di malam itu, Aya mendapat kebahagiaannya.

Apakah mereka cukup dewasa dalam menyikapi perasaan ini? Ayolah bantu menjawabnya.

Apa keputusan mereka sudah benar? Aya rasa ini sudah yang terbaik.

Jika mamatikan sebuah rasa sangatlah sulit maka menetralkannya adalah jalan yang terbaik.

Di malam itu setelah Aya mengatakan perasaannya. Ungkapan hatinya.

Mistakes [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang