[36] Pesta

151 25 1
                                    

Welcome back! Maaf lama hehehe
Aku kebiasaan emang...
Chill ya, selamat membaca!! 💙

🍻🍻

Pagi-pagi buta Aya dilanda dilema. Ia mengetuk-ketuk meja belajar menggunakan jari telunjuknya. Sebuah roomchat terpampang di layar ponsel. Tertera sebuah kalimat yang belum dikirim olehnya.

Rasanya berat mengarahkan telunjuknya untuk menekan ikon pesawat tanda mengirim. Aya mendongak, kembali memikirkan keputusan yang harus ia ambil.

Namun tak sengaja jari telunjuk itu mengetuk di layar ponsel membuat Aya duduk tegak. Matanya membulat melihat pesan itu sudah terkirim, parahnya lagi centang dua abu-abu yang terlihat.

Dengan jengkel Aya memukul kepalanya sendiri sambil mengumpat serapah.

“Aya goblok, anjing. Bisa-bisanya Ya Tuhan,” rengeknya lemas.

Ia bersandar di kursi tak bersemangat. Tangannya terulur membangkitkan ponselnya. Terpampang pesan yang baru saja Aya kirim serta history pesan kemarin.

Aya
Lo jemput gue nanti

Aya menghela nafas. Perlahan menekan keyboardnya mengetik sebuah kalimat. Di tengah ia mengetik, secara mengejutkan muncul pesan balasan. Sontak jempol Aya berhenti menekan.

Bara
Hah?
Lo beneran nyuruh gue jemput?

Aya menekan ikon hapus kemudian membalas pesan Bara.

Aya
Hm, nilai fisika lo ada sama gue
Kalo ga mau ya udah

Bara
Hah? Bentar?
Oh maksudnya projek?

Bara
Um, jadi karena itu
lo minta gue jemput?

Aya
Hm

Bara
Oke siap! :))

Bara
Jam setengah 7 gue berangkat

Enggan membalas, Aya memencet beranda. Ia meletakkan kembali ponselnya. Ekor matanya melirik projek fisika yang ada di meja sebelah. Semalam Aya melakukan finishing dengan mengecat ulang beberapa bagian dan menambahkan bagian yang kurang.

Masa bodo dengan nilai, point terpenting adalah pekerjaannya selesai dan dikumpulkan.

Aya bangkit berjalan ke arah kamar mandi. Lebih baik ia segera melakukan ritual pagi.

Sementara di rumah Bara, lelaki itu berjingkrak senang. Memandang beberapa kali layar ponselnya yang menampilkan roomchat Aya. Mencoba memastikan jika itu benar.

Senyum lebar terpatri di bibirnya. Sungguh Bara senang bukan main. Ia merasa walaupun tidak ada cela bagi Bara memiliki Aya, setidaknya berhubungan baik dengan Aya itu membuatnya bahagia.

Bara segera mengambil handuknya yang tergeletak di kasur, ketika ia menerima pesan, ia tadi hendak mandi. Langsung saja Bara berlari memasuki kamar mandi.

Sudah berseragam rapi, sambil menenteng tas, Bara berjalan menuruni tangga. Lantas bergabung dengan keluarga kecilnya yang sudah duduk di meja makan.

Dengan gemas Bara menguyel pipi adiknya, Sella. Bara duduk di sebelah Sella yang anteng memakan roti berlapis selai strawberry.

“Mesem mulu dari tadi, Bang,” ujar Sintya sambil melirik suaminya yang juga tersenyum simpul.

“Enggak kok, Ma,” sahut Bara disertai senyuman. Lelaki itu fokus memakan roti tawar berselai coklat.

Mistakes [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang