3. Perasaan Campur Aduk🕊

66 12 0
                                    

Happy Reading

Saran ost : Train Wreck - James Arthur

***

Di tengah kegundahannya, ponsel Hanna tiba-tiba berdering nyaring, memecah fokus. Panggilan itu dari Helena, tentu saja Hanna sudah tahu keinginan Wanita itu padanya.

Hanna tidak menjawab, ia segera berdiri menarik jaket, mematikan ponsel, kemudian berjalan keluar. Pergi ke ruangan Helena adalah tujuannya sekarang, meminta maaf pada Wanita itu karena telah mengakibatkan kekacauan.

Ia masuk ke lift, menekan tombol yang akan membawanya ke lantai lima belas di tempat Helena berada. Kemudian sembari mengecek jadwalnya beberapa hari ke depan, jadi ia sibuk dengan ponselnya sekarang. Hanna berdiri di sudut ruangan berdiameter kecil itu. Beberapa kali pintunya terbuka, sebab para karyawan lain juga turut masuk ke dalam lift hanya saja sudah keluar di lantai berbeda. Tersisa ia sendiri di sana.

Perlahan pintu lift tepat di lantai lima kembali berbunyi, tandanya ada orang yang akan masuk lagi, Hanna mendongakkan kepalanya, menatap lurus.

Tak sempat benar-benar memastikan siapa orang itu, ia langsung menyebutkan satu nama, "Arka?" panggilan itu kali pertama diucapkannya ketika sadar siapa yang kini ada tepat di depan mata.

"Hanna? Beruntung sekali kita bertemu di sini." Arka melanggengkan kakinya turut masuk ke dalam lift yang sama. "Kamu mau pergi ke lantai berapa?"

Hanna tersenyum sedikit canggung, "aku mau pergi ke ruangan Helena ada urusan."

"Wah, aku juga mau ke salah satu ruangan di lantai yang sama dengan Helena." Ujar Arka menimpali dengan senyum manisnya, wajah pria itu nampak berbinar, ditambah lesung pipinya mampu menyihir kesadaran Hanna.

Hanna hanya bisa mengangguk, lalu mengaitkan rambut ke belakang, masih juga canggung.

Arka pun sama halnya, ia tidak tahu bagaimana cara membuka obrolan agar tidak setegang sekarang. "Oh, ya. Aku minta maaf terkait malam itu."

"Tidak masalah. Aku memang yang salah."

"Jangan menyalahkan dirimu, aku yang memang tidak bisa berbuat apa-apa," rasa bersalah masih juga mengarungi hati Arka semenjak kejadian di acara peresmian Nathan sebagai pemimpin baru Saylendra Company, kala Hanna mewakili deputinya. "Tunggu, ada sesuatu di rambutmu," timpalnya.

Pupil mata Hanna membesar, ia kaget dengan ucapan Arka, juga sedikit menyesal hari ini dirinya kurang persiapan bertemu dengan Crush-nya itu. "Di bagian mana?" cepat Hanna menjawab, sembari mengambil ponsel dan mengarahkan layar kacanya ke bagian rambut.

Arka tersenyum geli dibuatnya, "sini aku ambilkan," tawaran tiba-tiba Arka membuat Hanna mengarahkan pandangan padanya tak berkutik sekali pun.

Tangan Arka kini tepat menyentuh rambutnya, juga dalam ruangan lift itu hanya tersisa mereka berdua, jadi rasanya amat canggung bagi keduanya.

*Ting ...*

Bunyi lift menandakan ada orang yang juga akan masuk ke dalam lift yang sama bersama mereka sekarang. Namun, suara itu sama sekali tidak mengganggu tatapan keduanya.

Tanpa di sadari Hanna dan Arka, rupanya ada tiga orang yang berdiri di depan lift dengan tubuh tegap, menyaksikan kemesraan keduanya. Mereka menghadapkan netra keluar secara bersamaan, sontak keduanya menatap satu sosok yang mereka kenal ternyata ada di antara ketiganya.

Nathan!

Dengan amat kaku Hanna berdehem, kemudian menjauhkan tubuhnya dari Arka-sementara tangan pria itu mmasih tertahan di udara-pelan Arka menurunkan tangannya.

𝐒𝐞𝐛𝐮𝐚𝐡 𝐀𝐥𝐚𝐬𝐚𝐧 𝐏𝐚𝐭𝐚𝐡 𝐇𝐚𝐭𝐢 (𝐎𝐧 𝐆𝐨𝐢𝐧𝐠)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang