12. Perkara Rasa 🕊

48 9 0
                                    

Happy Reading

Saran ost : Ballad by Kuro.

Btw, kalau ada kalinat yang kurang jelas, typo, atau bahkan tidak bisa di mengerti silakan langsung komen saja, ya. Mohon koreksinya.

***

Tanpa mau berdebat dengan dirinya sendiri, Hanna membuang secara sembarang Ponselnya. Tidak mau tahu dengan tanggapan apa yang akan diberikan Nathan. Tapi, ia cukup penasaran. Hanya saja, terlalu malu jika segera melihatnya. Jadi, biarkan saja hingga esok.

***

15 belas menit yang lalu

Nathan mengibaskan rambutnya yang kini masih basah. Benar, ia baru saja membersihkan dirinya, bukan hanya dari kotoran entah itu bakteri, kuman, dan sejenisnya, tapi juga ia ingin membersihkan setiap noda dalam ingatannya yang dibuat kacau hari ini tersebab oleh seseorang yang bahkan tak dikenalnya akrab. Terlalu banyak kekacauan, jadi susah jika ia jabarkan kembali, membuat kepalanya pusing.

Dari tadi juga ponselnya berdering terus menerus, menandakan panggilan masuk tak henti di benda pipih itu. Cukup dilihatnya dari kejauhan, sudah pasti dan tak diragukan lagi, pemanggil itu adalah seseorang yang selalu ia nanti untuk menemani waktu sebelum datangnya pagi, juga orang yang bisa mengisi isi hatinya hingga terjebak dalam rasa untuk ingin terus merindui.

Ia mengambil langkah cukup lebar, tapi tak cepat, sebab dua tapakan yang ia hela sudah bisa membuatnya sampai ke atas nakas meja di mana ia meletakkan ponselnya di sana.

"Hai, Good night, baby." Sapa Nathan kala panggilan itu ia terima.

Sedang, kekehan Denisa nyaring terdengar ditelinga.

"Kamu sudah pulang?"Tanyanya dengan nada suara pelan nan halus.

"Sudah. Tadi baru saja habis mandi, tapi kamu sudah menelepon. Mana bisa aku abaikan panggilan Ratuku." Goda Nathan dengan tawa kecil di ujung kalimatnya.

Ucapan itu sukses membuat Denisa terdiam sejenak kemudian tertawa. "Aduh, kamu sudah pintar sekali menggombal. Aku pikir gombalanmu yang lalu hasil mencontek di google, tapi sepertinya semua natural. Kursus di mana kamus, huh?" Denisa masih tak percaya saja, Si Pria dingin yang ia kenal ini berubah menjadi Pria romantis dengan segudang gombalannya.

Nathan tertawa dibuatnya. "Astaga, aku sudah bilang, aku tidak kursus. Aku secara alami belajar. Nanti juga kamu paham saat kamh sudah pulang, ada gombalan yang lebih gila lagi dari ini." Tukas Nathan menyambung pembicaraan Denisa.

Panggilan mereka berlangsung melalui whatsapp, jadi setiap pesan bisnis yang masuk ke dalam ponsel Nathan bisa langsung terlihat.

"Ish, ada-ada saja. Btw, Aku mau melihat wajahmu yang tampan, bisa kita melakukan video call. Itupun kalau kamu mau." Tandas Denisa meminta.

Tanpa menjawab, Nathan dengan segera mematikan sambungan telepon, kemudian menekan ikon video call di bagian sisi atas ponselnya, dan dengan cepat pula Denisa menerimanya.

"Honey, why are you so cute today? Rambut kamu udah kelihatan tambah panjang dari semenjak aku pulang ke Indonesia." Nathan seketika berucap untuk kali pertama dengan menanggapi rambu Denisa yang nampak jelas lebih panjang dari sebelumnya.

"OMG, kamu selalu menyebutku imut. Juga rambutku sama saja, kok. Kamu yang sudah lama tidak melihatnya langsung, jadi kelihatannya sudah panjang, tapi aslinya tak ada yang berubah. Bagaimana dengan wajahku?Masih cantik?" Tanya Denisa dengan pipi yang kini telah berubah warna menjadi merah merona.

𝐒𝐞𝐛𝐮𝐚𝐡 𝐀𝐥𝐚𝐬𝐚𝐧 𝐏𝐚𝐭𝐚𝐡 𝐇𝐚𝐭𝐢 (𝐎𝐧 𝐆𝐨𝐢𝐧𝐠)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang