16. Missing Someone 🕊

45 8 0
                                    

Happy Reading

Saran ost : Cheating On You by Charlie Puth.

Btw, jika ada typo dan kesalahan penulisan atau menemukan kalimat rancu, silakan komen langsung saja, ya. ;)

***

Hampir dua jam lamanya Hanna menunggu Helena selesai dengan pekerjaannya, baru sekarang mereka bisa pulang.

Padahal, Hanna mustinya sudah punya janji dengan Ibunya malam ini untuk membelikan bahan kue, namun ia undur waktunya agar sekelian menemani Helena yang semenjak ia datang telah bergelut bersama begitu banyak dokument tebal di atas meja kerja.

Sebenarnya Helena telah memerintahkannya untuk pulang saja jika mendesak, namun justru Ibu Hanna-Mirna-lah yang menyuruh Sang anak untuk tetap di sana, sebab Hanna memberitahukan padanya bahwa anaknya sedang bersama Helena untuk menemani Wanita itu bekerja lembur.

Helena telah mengatur seluruh berkas yang sudah berantakan di atas meja, disusunnya rapi agar setidaknya terlihat bagus di mata. Ia melirik Hanna yang kini berbaring penuh kebisuan di sofa.

"Udah ngantuk?" Tanya Helena singkat, dengan jemari lihainya memasukkan laptop ke dalam tas kerja.

Hanya di balas anggukan oleh Hanna, Wanita itu tak sama sekali menatapnya, sedari tadi memang Hanna menatap kosong terus ke dinding.

"Kamu lagi mikirin sesuatu? Dari dua jam lalu loh aku lihat kamu kayak gitu terus. Emang ada masalah? Ceritalah. Jangan di pendam terus."

Hanna menutup matanya, seolah tidak ingin banyak bicara, dan tetap dengan diamnya, ia menggeleng memberikan jawaban "TIDAK".

"Entar kerasukan baru tahu rasa." Timpal Helena cepat.

Ia menarik jaketnya dari gantungan pakaian yang sehari-hari ia gunakan, kemudian berjalan mendekati Hanna.

"Ayo, dah selesai."

Helena berdiri tepat di samping kepala Hanna, ia menundukkan kepalanya agar dapat melihat wajah teman dekatnya itu.

Tanpa banyak basa-basi Hanna bangkit dari tidurnya seketika mengagetkan Helena. "Ini sudah malam, jangan lakukan pergerakan tiba-tiba seperti itu. Kamu bisa membuat jantungku copot." Sinis Helena menatap Hanna yang tengah memasang jaket juga headsetnya.

"Kunci jangan lupa di bawah."

"Baik Ibu Helena Lareska tercinta."

Menggeleng jengah Helena dibuatnya. Hanna hanya bisa tersenyum tanpa dosa menyaksikan bagaimana suramnya wajah Helena sekarang.

"Senyum, nanti cepat tua, Mbak."

"Aku cepat tua karena ulahmu," Helena melemparkan tatapan tajam, yang di sambut tawa kecil Hanna, ia hanya merasa lucu jika melihat Helena marah, sebatas itu humornya, tak lebih.

"Ah, sudahlah! Berdebat dengan orang sepertimu bisa membuat naik tensi."

Berjalan lebih dulu Helena keluar, kemudian di susul Hanna dari belakang. dengan senyum mengejek yang ia pasang di wajahnya agara Helena semakin tak senang.

"Mending aku tinggalin tadi." Tandas singkat Hanna dari belakang.

"Janganlah." Helena berbalik sembari tersenyum manis setelah mendengar ucapan penyesalan itu. Kedua kakinya berhenti menapak, ia menunggu Hanna agar bisa menyejajarkan langkah mereka. Sedang, Hanna tertawa sembari membuang wajah angkuh ke samping, ia tak yakin juga Helena akan tahan berlama-lama untuk marah padanya.

𝐒𝐞𝐛𝐮𝐚𝐡 𝐀𝐥𝐚𝐬𝐚𝐧 𝐏𝐚𝐭𝐚𝐡 𝐇𝐚𝐭𝐢 (𝐎𝐧 𝐆𝐨𝐢𝐧𝐠)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang