15. Terlalu Sulit 🕊

40 8 0
                                    

Happy Reading

Saran ost : Just Friend by Keshi.

Btw, maaf ya telat update, sebenarnya semalam mau up, cuman memang kendala aktifitas yang musti author kerjakan. 

Dan, kalau ada kalimat typo dan kurang jelas, silakan komen langsung, ya.

***

Nathan masuk dengan segera ke dalam mobilnya, masih terjebak dengan pikiran tentang Hanna yang mengucapkan kata demi kata menusuk hati, hanya tak pernah di bayangkan saja bahwa seorang Wanita seperti Hanna lah yang sanggup meruntuhkan rasa percaya dirinya-di mana selama ini tak seorang pun berani menyentuh.

Padahal, mustinya ia lupakan saja. Menganggap tiap ucapan tadi sebagai pemacunya untuk tidak mudah goyah. Atau membuat kalimat-kalimat itu hilang dalam sekejap mata, sebab telah terbiasa juga menuai kebencian dari semua orang yang tak senang dengan keluarganya.

Dia yang terlalu terbawa suasana, atau memang ada sesuatu yang membuatnya merasa kalimat itu berlebihan dan teramat menyakiti.

Aku tak pernah berucap semenyakitkan itu padanya.

Nathan menurunkan kaca mobil, memerintahkan pada kedua bodyguard untuk tidak perlu menyusulnya pergi. Ia menarik gas kendaraan roda empat itu secepat yang ia bisa, berlama-lama di sana hanya menyesakkan dada. Di tarik Nathan secara acak dasi yang semula tertata rapi melengkapi jas hitam yang ia kenakan.

Mobil biru tua itu melewati Hanna begitu saja, dapat dilihat Hanna dari dalam sana seseorang nampak tengah serius mengendarai, tanpa sama sekali melirik ke arah manapun-hanya fokus dengan jalanan.

Hanna pun hanya melirik sebentar, bukan urusannya juga. Ia turut menancapkan gas, keluar dari area mewah tersebut, kemudian berlalu pergi.

***

Kini Nathan menunggu pintu lift terbuka, ia telah tiba beberapa saat lalu di gedung utama perusahaan keluarganya. Entah apa yang menariknya datang ke sini lagi, ia hanya ingin melakukan sesuatu, sebelum benar-benar terlupakan dari pikiran.

Dua menit menunggu kurungan besi itu membuka, akhirnya Nathan di antarkan dengan cepat hingga ke tujuan. Ia keluar bersama pandangan datar, dingin, dan tatapan mata seolah ingin menerkam.

"Tolong bawakan Saya data para karyawan yang mendaftar perekrutan hari ini."

Nathan berucap tegas memerintahkan sekretarisnya, yang langsung segera di setujui tanpa bertanya.

Ia masuk ke dalam ruangan kerja, di lepaskannya jas yang sedari tadi ia kenakan, dasinya telah acak-acakan-ditariknya paksa kemudian digantungkannya pada tempat biasa. Tersisa kameja putih melekat di tubuhnya sekarang.

Nathan menempelkan bokong di kursi, menyenderkan kepala terlihat frustrasi, ia putar kursi dengan satu roda itu menghadap keluar gedung. Di belakangnya hanya berlapis kaca-jadi memang tersaji panorama ibu kota dengan gedung-gedung pencakar langitnya. Terkadang ketika suntuk, Nathan hanya akan menyaksikan mentari terbenam di ufuk barat dengan hanya melihat dari dalam gedung.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝐒𝐞𝐛𝐮𝐚𝐡 𝐀𝐥𝐚𝐬𝐚𝐧 𝐏𝐚𝐭𝐚𝐡 𝐇𝐚𝐭𝐢 (𝐎𝐧 𝐆𝐨𝐢𝐧𝐠)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang