31. Tell Me The Meaning of Love🕊️

39 7 2
                                    

Happy Reading

Saran Ost : Heather by Conan Grey

Btw, jika ada kalimat rancu dan kata yang typo mohon koreksinya, ya. Langsung komen saja, biar sekalian bisa saya cek. Terima kasih🤎

_______

Di dalam rumah yang tak terlalu mewah kini tengah duduk dua orang perempuan, nampak serius menatap bintang-bintang yang berkelap-kelip di angkasa.

Mirna sementara mengikatkan rambut anaknya seraya melantunkan cerita-cerita singkat antara ia dan suaminya di zaman dulu pada anaknya.

“Ibu, soal tadi siang, sepertinya Bapak Nathan tidak sengaja mempermalukan Ibu di depan banyak orang,”

Alih-alih menanggapi obrolan Ibunya, tanggapan Hanna justru berbanding terbalik dari apa yang baru saja Mirna bicarakan. Seakan sedari tadi pikirannya telah melayang.

“Kenapa tiba-tiba membahasnya?” keheranan, Mirna akhirnya bertanya. Ia mencondongkan sedikit tubuhnya—tepat du samping kepala Hanna.

“Hmm, Hanna hanya tak sengaja mengingat itu. Takut sewaktu-waktu lupa untuk menyampaikan,”

“Kamu tahu dari mana dia tidak sengaja?” kali ini obrolan keduanya semakin mengerucut, Mirna yang semula tak mau membahas, pun turut mengikuti pembicaraan yang entah akan berakhir ke mana.

“Hanna tak sengaja melihat dia terluka, Bu. Dipukuli Ayahnya,” tahan Hanna sebebtar, ia membasahi bibir bawahnya, sebelum kembali melanjutkan. “Hidup dia kayaknya tidak sebagus apa yang ditampilkan media di televisi. Hanna menyaksikannya sendiri, ia banyak lebam, darah pun seperti menjadi teman baginya,” lirih Hanna, lalu menatap wajah Sang Ibu.

Mirna yang semula begitu semangat mengikatkan rambut anaknya, kini perlahan memelan.

Ia menganggak sesaat, “Jadi maksudmu hidupnya banyak terluka? Jadi, tidak mungkin lagi mencari masalah?” tanya Mirna. Kemudian di balas dengan cepat oleh Hanna dengan satu kali anggukan pasti.

Mirna perlahan memperbaiki posisi duduknya. “Ibu rasa untuk permasalahan Ibu tadi, itu memang jelas bukan salahnya, meskipun dia yang menyuruh Ibu datang, semua juga ulah karyawan yang memang jahil. Juga, tadi saat kamu memukul wajahnya, dia tidak melawan, hanya memilih pasrah. Biasanya, kalau orang yang salah, untuk menunjukkan bahwa dia tidak salah—dia akan melawan sekeras yang dia bisa agar terkesan menjadi orang yang tertuduh. Tapi ... Anak itu justru diam, bukan anak, hmm ... C.E.O perusahaanmu itu,” jawab Mirna dengan logis. Ia sedikit memperhatikan gerak-gerik Nathan saat jatuh ke lantai akibat tonjokan anaknya.

Hanna yang mendengar itu kembali mengangguk mengiyakan, nampak setuju.

“Tapi, kenapa kamu berubah baik, biasanya kamu yang paling berapi-api, Ibu tunggu kamu turun tadi, justru enggak datang-datang. Hanya Arka yang bilang kalau kamu ada urusan,” Mirna memicingkan matanya ragu.

“Hais, tidak ada apa-apa. Hanna memang ada urusan.”

“Lebih penting dari ibumu?” goda Mirna lagi.

“Memangnya Ibu tahu apa yang Hanna kerjakan? Kenapa bertanya begitu? Seperti Hanna melakukan dosa besar saja,” gumam Hanna, ia hanya merasa perilaku Ibunya sekarang sangat aneh—terlalu curigaan.

“Baiklah, Ibu juga tidak menuduh apapun. Kamu saja yang terlalu sensi,” ujar Mirna kemudian berdiri sembari menyulam senyum lalu pergi meninggalkan Sang anak seorang diri.

“Dia menitip permintaan maaf pada Ibu. Kalau Ibu maafkan, nanti Hanna sampaikan, ini amanah,” teriak Hanna, karena Mirna—Ibunya sudah berlalu tanpa aba-aba.

𝐒𝐞𝐛𝐮𝐚𝐡 𝐀𝐥𝐚𝐬𝐚𝐧 𝐏𝐚𝐭𝐚𝐡 𝐇𝐚𝐭𝐢 (𝐎𝐧 𝐆𝐨𝐢𝐧𝐠)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang