42. Hari ini, esok, dan seterusnya🕊️

49 5 0
                                    

Selamat membaca :)

Saran ost : Hari ini, Esok, dan Seterusnya by Nirina Zubir ost My Heart.

Btw, jika ditemukan kalimat rancu dan typo silakan langsung komen saja, ya. ;). Sekian intro dari penulis amatir ini. :v

______

Nathan mmenyenderkan kepalanya pada senderan spring bad. Tangannya sedari awal hanya sibuk membuka beranda Instagram usai berulang kali keluar dari Whatsapp namun tak kunjung mendapat jawaban dari Hanna yang katanya akan memberinya jawaban.

“Dia bilang malam ini, tapi kenapa tak kunjung mengirimkan pesan.”

Ia menggumam seorang diri. Benar-benar seperti seseorang yang frustrasi sebab tak jua mendapatkan kabar terbaru dari kekasihnya. Sampai akhirnya ia menyerah sendiri. Nathan menarik napas dalam-dalam, matanya sudah berat, sementara masih belum ada dentingan pesan dari ponselnya.

Cepat ia menyingkirkan benda dengan berdiameter beberapa inci itu ke tepi bantal. Putus asa menunggu jawaban, namun ia sengaja tidak mematikan sambungan internet.

*Ting*

Nathan membuka matanya kembali usai terpejam hampir tiga detik. Di tariknya ponsel pintar itu, layarnya menunjukkan langsung jawaban Hanna di sana. Ada senyum yang tidak bisa ia samarkan.

*Ayo pergi bersama besok*

“YES!”

Melompat dari kasur, Nathan melakukan selebrasi seakan baru saja membobol gawang lawan. Ia menyulam lengkungan di bibir, jawaban yang benar-benar diinginkannya.

*Aku jemput kamu besok pagi jam 9, tidak perlu pergi ke kantor, tunggu aku dirumahmu saja.*

Pesan balasan Nathan kirimkan. Lalu di letakkannya begitu saja smartphone tersebut diatas meja kerja. Entah kenapa jantungnya berdebar tak karuan sekarang, sebelumnya tak ada yang bisa membuatnya hingga merasa seperti ini—bahkan Denisa sekalipun.

Padahal, beberapa saat lalu sebelum pesan Hanna masuk, Denisa mengirimkannya pesan. Bertanya tentang kabar dan pekerjaan. Namun, seakan pesan yang tidak penting, Nathan mengarsipkannya langsung tanpa berpikir dua kali.

***

Kicauan burung di pagi hari mulai menghinggapi kabel-kabel tiang listrik yang berdiri kokoh menghiasi kompleks rumah.

Hanna menggaruk kepala, seraya berusaha membuka mata meski terasa berat. Embun membasahi kaca tembus pandang yang terletak di sisi kiri kamarnya. Niat hati ingin menarik kembali selimut menutup wajah, namun teringat kembali bahwa ia ada janji hari ini.

Ia mengerjap pelan, mengembalikan seluruh kesadaran. Disentuhnya ponsel yang terletak di atas meja, kemudian ia tarik agar bisa di masukkan kata sandi ke dalamnya untuk membuka kunci layar.

Pikirannya sekarang tak banyak, ia hanya menyalakan sambungan internet, kemudian menunggu pesan-pesan di aplikasi whatsapp-nya masuk.

Seperti dugaan, satu per satu tiap klien dan rekan kerjanya mengirimkan ia pesan beruntun. Setiap pagi memang seperti itulah kebiasaannya. Menunggu jadwal rapat atau tidak mengechat teman kantornya bertanya terkait berkas-berkas hang di butuhkan. 

Tak lama, beberapa saat, muncul pada bagian atas ponselnya—yang menampilkan seorang  pengirim dengan nama akhir Saylendra.

Hanna mengintip sesaat dengan sebelah mata ke isi pesan yang Pria itu kirimkan padanya. Namun karena rasa penasaran yang semakin tinggi, Hanna akhirnya menekan pesan tersebut yang automatis langsung membawanya pada beranda obrolan.

𝐒𝐞𝐛𝐮𝐚𝐡 𝐀𝐥𝐚𝐬𝐚𝐧 𝐏𝐚𝐭𝐚𝐡 𝐇𝐚𝐭𝐢 (𝐎𝐧 𝐆𝐨𝐢𝐧𝐠)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang