11. Duka yang Tak Kasat Mata🕊

51 9 0
                                    

Happy Reading

Saran ost : Insomnia - Dvwn & Yayyoung.

Btw, jika ditemukan kalimat rancu dan typo silakan langsung komen saja, ya. ;)

_______

Hampir setengah jam mereka menempuh perjalanan, cukup panjang, disertai keheningan, kesunyian. Keduanya sepertinya memang tidak memiliki niat untuk membuka suara sebagai pembuka obrolan. Seakan semua mengalir begitu saja, tidak ada yang spesial.

Nathan hanya bisa sesekali berdehem pelan, tapi didetik selanjutnya ia membuang wajah keluar jendela mobil. Berbeda dengan Hanna, Wanita itu memang benar-benar pendiam, lebih dingin dari apa yang ia bayangkan, bahkan duduknya pun tak sama sekali berpindah atau setidaknya bergeser sesaat apalagi perjalanan yang mereka tempuh lumayan melelahkan. Ia seperti patung hidup.

"Ekhem...," pelan kembali deheman dibunyikan Nathan menunggu reaksi Hanna.

Tapi, tak kunjung mendapat sahutan. "Di mana-"

"Rumahku tak jauh lagi, turunkan aku tepat di gang dekat toko besar di ujung sana." Timpal Hanna seketika memotong ucapan Nathan yang memang semula berniat bertanya alamat rumah Hanna di mana. Namun, dengan cepat Wanita itu memutus kalimatnya.

Nathan mengembuskan napas pelan, kembali mengeluarkan suara seperti ada yang tertahan di lehernya padahal tidak ada sama sekali. Ia memiting kepalanya pelan ke kanan, memperbaiki posisi duduknya. Gadis ini memang tidak biasa.

"Berhenti!"

Hanna bersuara usai beberapa menit lalu menjelaskan dengan singkat letak rumahnya. Kali ini, ia tiba-tiba memerintahkan Nathan untuk memberhentikan mobil. Nathan pun seolah dengan sigap mengikuti perintah itu.

"What the hell, bukannya kamu bilang rumahmu di dekat toko besar sana?"

"Aku terbiasa turun dari sini." Benar-benar irit kalimat yang Hanna cetuskan, seolah ditiap katanya selalu meninggalkan tanda tanya besar.

"Perjalanan ke sana masih jauh, kamu yakin?" Tanya Nathan sekali lagi memperjelas.

"Hmm ...," timpal Hanna lebih singkat lagi.

Ia mengatur semua barangnya, usai memastikan tak ada yang tertinggal, Hanna membuka pintu dengan segera, tak mau lagi menunggu pertanyaan baru yang mungkin sedetik kemudian akan kembali dilayangkan Nathan padanya.

Tubuh Hanna sepenuhnya keluar dari mobil itu, meninggalkan Nathan dalam diam dengan hati dan pikiran yang terus menyerukan tanda tanya besar. Anehnya, Hanna berputar ke arah belakang mobilnya, bukan malah berjalan lurus.

"Dia bahkan tidak tahu terima kas-"

Tok ... Tok ... Tok ...

"Shit!" Nathan termundur kaget, kala bunyi ketukan kaca dari luar mobilnya menghentikan ucapan. Ia menutup matanya sejenak, menarik napas lalu menyentuh detak jantungnya yang bergetar lebih kencang dari sebelumnya.

Dan, hal yang membuat Nathan dipenuhi rasa kebingungan juga ketakutan karena yang mengetuk itu adalah Hanna, Wanita itu dipikiranya tadi telah pergi.

"Kamu membuatku kaget!" Tukas Nathan geram dengan nada suara penuh penekanan, sembari membuka kaca mobil.

Tak lama setelah kaca itu terbuka sepenuhnya, Hanna membungkukkan tubuh–kemudian memajukan kepalanya hampir masuk ke dalam mobil-Nathan refleks menajuhkan kepalanya kaget, membulatkan matanya-bagaimana tidak, wajah mereka bahkan mungkin seinci lagi bisa saling bersentuhan.

𝐒𝐞𝐛𝐮𝐚𝐡 𝐀𝐥𝐚𝐬𝐚𝐧 𝐏𝐚𝐭𝐚𝐡 𝐇𝐚𝐭𝐢 (𝐎𝐧 𝐆𝐨𝐢𝐧𝐠)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang