20. Permainan Sesungguhnya Di Mulai🕊

41 9 1
                                    

Happy Reading

Saran ost : 2 Much by Justin Bieber

Btw, jika ada kata typo maupun kalimat rancu, silakan langsung komen saja, ya.

________

Arka berjalan masuk kembali ke dalam restoran, matanya tak kunjung lepas dari bagaimana Nathan dan Hanna duduk berjarak di sudut ruangan. Di perbaikinya kameja yang ia kenakan, menata serapi mungkin. Sedikit dikibaskannya rambut jatuh itu.

Memasukkan ponsel dengan cepat ke dalam kantong celana, di hampirinya kursi Hanna.

“Ayo, Han. Aku antar langsung ke tempat kerja barumu.”

Melengking nyaring suara Arka, di sambut dengan tatapan sinis Nathan di ujung mata.

Hanna menatap Arka yang seketika berubah dingin. Ia mulai berdiri, menarik jaket juga tas kerjanya mengikuti arahan yang telah di sampaikan Pria itu.

“Kamu tidak mau pergi denganku? Aku bisa langsung mengantramu bahkan hingga ke dalam ruangan kerja yang nanti akan kamu tempati,” sahut Nathan, menimpali suara Arka yang tidak begitu santai.

“Aku sudah bilang berulang kali, Nathan. Kamu terlalu masuk ke dalam permainan yang tak mustinya kamu ada di dalamnya. Urus saja hidupmu yang tak kunjung membaik dengan Ayahmu, daripada mencampuri urusan orang lain,” jawab Arka tak kalah mengancam. Kali ini ia nampak tak lagi setenang tadi—bahkan sampai membawa perkara Nathan dan keluarganya. Ia benar-benar telah lepas kendali.

Arka mengenakan jaketnya dengan segera, tanpa basa-basi lebih, ia menarik tangan Hanna pergi.

Belum juga sepenuhnya Hanna meluruskan tubuh dari duduk, tangannya lagi dan lagi tertahan, kala dengan sigap Nathan menyentuhnya.

“Aku masih bertanya-tanya padamu Arka. Tidak ada hubungan, tapi mengkontrol tubuh orang lain sebegitu kerasnya. Kalian ini apa sebenarnya? Teman biasa? Atau, teman tapi mesra, begitu?” dingin Nathan berucap mengintimidasi—jelas ingin tahu jawaban Arka, bukan Hanna.

Hanna yang mendengar ucapan Nathan tersulut emosi. Ia menarik napas dalam-dalam, belum juga beberapa saat lalu mereka menjalin hubungan yang baik, setidaknya meluruskan tiap benang yang telah kusut antara mereka, tapi Pria ini malah kembali merusaknya.

Dipiting Hanna dengan cepat tangan Nathan ke arah belakang, kini posisinya ada tepat di balik kursi di mana Nathan duduk. Tangan Lelaki itu masih dalam kendalinya.

Arka yang melihat cukup kaget hingga memundurkan sedikit kakinya ke belakang, gerakan cepat Hanna sungguh tidak tertebak.

Sebenarnya apa yang di katakan Nathan juga benar tentang mereka. Apalagi, di antara keduanya benar-benar memiliki jarak. Hanya ada pernyataan sebagai teman, bukan pasangan. Dan, Hanna pun tak berhak marah, pasalnya semua nyata dan begitulah adanya.

“Arka, kamu pergi saja. Mungkin kamu sibuk juga sekarang, teleponmu berdering terus tadi, aku pikir sarapan pagi kita cukup sampai di sini, lain kali mungkin kita akan punya breakfast yang lebih baik.  Benar kata orang ini—”

“Orang ini katamu?!” Nathan berucap keheranan. “Aku ini bosmu—”

Belum juga celetukan kalimat Nathan berakhir, Hanna telah menekan keras pergelangan tangannya memberikan kode untuknya tetap diam.

“..., juga kita tidak punya hubungan apa-apa selain teman. Aku yang terlalu berlebihan, dan kamu juga tak mustinya memperlakukanku seperti seorang ratu padahal nyata di antara kamu dan aku tidak sespesial itu,” sambung Hanna menjawab begitu yakin.

𝐒𝐞𝐛𝐮𝐚𝐡 𝐀𝐥𝐚𝐬𝐚𝐧 𝐏𝐚𝐭𝐚𝐡 𝐇𝐚𝐭𝐢 (𝐎𝐧 𝐆𝐨𝐢𝐧𝐠)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang