Happy Reading
Saran ost : Slow Down by Mac Ayres
Btw, jika ada typo atau kalimat rancu, langsung komen saja, ya, mohon koreksinya. Terima kasih💛.
_________
Nathan kembali duduk usai memastikan bahwa orang yang berada di ujung ruangan sana adalah Arka bersama seorang perempuan yang tak ia inginkan hadirnya. Nathan mulai memotong perlahan steak daging yang ada di depan mata. Wajah dingin itu benar-benar serius menyantap makanan. Banyak panggilan masuk di ponselnya, tapi karena benda pipih itu berada dalam mode diam, jadi tak ia pedulikan—tidak mengganggu juga.
Ditariknya mendekat seluruh hidangan, dimakannya begitu lahap hingga tak ada lagi yang tersisa. Jemarinya mulai melepas sendok dan pisau kecil—untuk mengiris daging. Ia menatap ke arah luar jendela sembari menyesap jus anggur di sebelah tangan. Napasnya begitu teratur. Seorang CEO sepertinya juga tak punya banyak waktu luang untuk bermain-main. Makan pun terus saja di buru waktu untuk bekerja. Terlalu banyak urusan hingga tak ada kesempatan melepas penat. Mungkin hanya pergi ke club malam adalah satu-satunya hiburan yang bisa ia lakukan. Semua temannya pun tidak bisa ia percayai begitu saja, pasti ada musuh dalam selimut yang sewaktu-waktu dapat menyerangnya ketika ia lengah.
Nathan melepas lamunannya, mengangkat tangan—menginfokan pada pelayan restoran untuk mendekat. Tak lama suara tapakan sepatu pantofel mulai terdengar mendekat.
“Semuanya lima ratus ribu rupiah, Pak.”
Salah seorang Pelayan membuka suara.
Tidak berpikir panjang Nathan langsung saja mengeluarkan uang cash dari dalam dompetnya, ada black card di dalamnya, tapi tak ia gunakan. Dan Pelayan tersebut berlalu pergi usai menyelesaikan transaksi.
Tubuh tegap itu mulai berdiri, menggeser kursi yang menghalangi jalannya, di sebelah tangannya kini tengah memegang satu gelas susu putih. Ia berjalan begitu santai menghampir salah satu meja yang ada di ruangan restoran tersebut, sementara mata pelanggan lain tak pernah teralih darinya semenjak awak ia mulai berancang-ancang pergi, hingga sekarang suara para Wanita benar-benar samar terdengar memujinya. Nathan dengan wajah datar nan dingin itu hanya bisa menyunggingkan kesinisan mematikan dari raut muka.
“Shut up, Bitch!”
Kalimat itu berhasil lolos dari mulut Nathan, aura dan karismanya memang sangat pantas di lebeli orang kaya. Wanginya pun masih bertahan meski dia telah pergi menjauhi para Wanita itu, parfum yang jelas tidak murah.
Sedang, dari salah satu tempat duduk yang menjadi tujuannya berpindah, kini penghuninya tengah menatap nanar padanya yang kian mendekat dari kejauhan. Arka pada mulanya begitu ceria bercerita sesuatu pada Hanna kini seakan bibirnya membeku di udara kala matanya menangkap kedatangan seseorang yang ia benci hadirnya. Sementara Hanna, ia melirik Nathan dari ujung mata, mengisyaratkan permusuhan yang sesungguhnya, tak bisa lagi berkata-kata, kesialan apa lagi yang akan datang padanya sekarang.
“Hai, teman.”
Sapaan Nathan menggema dengan suara serak khasnya. Bukan malah jawaban yang ia dapat, hanya kebisuan yang semakin tercipta. Arka melirik ke arah spot lain dalam ruangan restoran, jengah dengan perilaku Nathan yang selalu bertindak semaunya.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐞𝐛𝐮𝐚𝐡 𝐀𝐥𝐚𝐬𝐚𝐧 𝐏𝐚𝐭𝐚𝐡 𝐇𝐚𝐭𝐢 (𝐎𝐧 𝐆𝐨𝐢𝐧𝐠)
Romance(Follow terlebih dahulu sebelum lanjut membaca.) ___ "Mengapa kehilangannya terasa begitu menyakitkan?!" ~Sebuah Alasan Patah Hati~ *** Kisah ini berisikan butiran-butiran harap yang sempat terselip pada pertemuan singkat dua insan manusia hingga b...