9. Kekacauan Tidak Terkendali🕊

79 10 0
                                    

Happy Reading

Saran ost : Berlari Tanpa Kaki - GAC

***

Gadis berperawakan asia dengan mata kecokelatan bergerak amat sibuk mengatur beberapa orang, nampak mengarahkan apa yang musti mereka kerjakan. Gadis itu memiliki kaki jenjang, tubuhnya ideal-sebagaimana yang ingin dimiliki Wanita pada umumnya. Ditambah dengan rok sepaha yang ia kenakan, semua dapat memperjalas bahwa di dalam dirinya terdapat gabungan antara seksi juga anggun yang berpadu hingga memunculkan aura menawan.

"Tolong atur semua itu, saya tidak ingin ada yang salah penempatan barangnya." Ucapnya dalam Bahasa Inggris yang fasih.

Selang beberapa menit titah itu ia keluarkan, deringan ponselnya menyambut nyaring dari atas meja. "Saya tinggal sebentar, tolong perhatikan berbagai macam furnitur yang rentan retak singkirkan ke tempat yang aman." Sambungnya.

Ia berjalan mendekat ke meja, melihat panggilan yang masuk dari siapa. Sejujurnya ia paling malas jika ada yang mengganggu pekerjaannya, terlebih dalam kondisi sibuk seperti ini. Akan tetapi, nama seseorang yang muncul dalam layar ponselnya menjadi pengecualian.

"Halo?"

Suara itu kali pertama didengungkan kala tangannya menekan tombol berbentuk telepon dengan warna hijau di sebelah kanan pertanda panggilan itu ia terima.

"Iya. Halo, Arka?" Sahutnya menjawab.

"Clara, bagaimana kabarmu?" Pertanyaan itu melayang dengan cepat sesaat setelah ucapan Clara terujarkan.

"Aku baik, sangat baik. Bagaimana denganmu? Sibuk dengan pekerjaan lagi?" Iringan tawa menyertai ucapannya, Clara mengekeh.

Tarikan napas kasar terdengar dari balik telepon. "Aku? Iya, sibuk juga. Banyak pekerjaan yang musti aku lakukan."

"Oh... Terus kenapa meneleponku? Ada yang bisa aku bantu?" Timpal Clara selanjutnya.

"Hmm... Hanya ingin tahu kabarmu, dan ingin bertanya juga, kenapa kamu masih memesankan makanan untukku hingga sekarang?" Kali ini suara yang pada mulanya parau itu berubah menjadi sedikit lebih serius.

"Bilang saja kalau kamu rindu," Clara tersenyum diujung bibirnya. Samar terdengar suara kekehan Arka dibalik ponsel. "Aku masih memesankanmu makanan karena kamu suka lupa makan. Memang salah?"

Arka terdiam sejenak, tanpa ingin membalas apapun, ia seolah hanya mau membisu sesaat kala suara Clara menyapa gendang telinganya. Perlakuan Gadis itu justru hanya akan membuatnya susah melupakan, jika seandainya bisa ia sampaikan bahwa kini dirinya tengah mendekati seseorang, mungkin sudah ia katakan. Sebab, saling menggantungkan harapan seperti yang sekarang mereka lakukan hanya akan berakhir saling mengecewakan.

"Tidak salah hanya saja aku pikir itu terlalu berlebihan." Tukas Arka menjawab pertanyaan Clara-Mantan kekasihnya satu tahun lalu yang membuatnya selalu gagal move on.

"Aku tidak keberatan." Clara seolah menganggap semua tak masalah.

Tapi akulah yang keberatan atas sikapmu yang terlalu baik dan juga manis. Bagaimana bisa aku melepaskanmu sementara kita masih saling terhubung satu sama lain seperti ini.

"Bukan seperti itu, Cla. Kita sudah punya kehidupan masing-masing yang memang mustinya bisa kita jalani dan tidak selamanya terperenjat dalam hubungan tanpa kepastian seperti yang kita lakukan sekarang. Kamu tidak capek?!" Arka kali ini memberi tanggapan sedikit panjang, namun terdengar menohok di indera pendengaran Clara. Wanita itu terdiam seribu bahasa.

𝐒𝐞𝐛𝐮𝐚𝐡 𝐀𝐥𝐚𝐬𝐚𝐧 𝐏𝐚𝐭𝐚𝐡 𝐇𝐚𝐭𝐢 (𝐎𝐧 𝐆𝐨𝐢𝐧𝐠)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang