41. Wisata Masa Lalu 🕊️

29 3 0
                                    

Selamat membaca :)

Saran ost : With You by Lyn. 

Btw, jika ditemukan kalimat rancu dan typo silakan langsung komen saja, ya. ;). Sekian intro dari penulis amatir ini. :v

______

Seisi ruangan itu tak mencoba mengganggu apalagi berniat membuat dua orang yang tengah berbicara dari hati ke hati itu merasa tak nyaman.

Hanna menarik tangannya dari dada Nathan. Beralih menatap mata cokelat Pria itu yang juga kini sedang mengarahkan pandang padanya.

“Kamu tahu alasanku kenapa menggambarkan kupu-kupu untukmu?” tanya Nathan seolah menjadi gumaman dalam hening di antara keduanya yang sedari tadi hanya bisa menelan saliva masing-masing, tanpa mau mencoba memecah keadaan.

“Aku tidak tahu,” Hanna menggeleng nyaris samar.

“Kupu-kupu melambangkan perasaan cinta yang Indah, Kupu-kupu memiliki paras yang sangat cantik dengan warna-warni pada bagian sayapnya. Keindahan dari kupu-kupu kerap kali menjadi lambang dari rasa cinta. Aku diberitahu Ibuku, dia selalu membacakan tentang dongeng kupu-kupu, sampai aku menghapalnya. Dan untuk pertama kalinya aku melihatmu di hari yang mendung itu, kamu sudah berhasil mencuri hatiku dan mengambil separuh hati yang tak seorang pun bisa merebutnya dariku. Tetapi, kamu melakukannya, dan dengan tidak tahu diri tak pernah kamu kembalikan hati itu hingga sekarang,” jantung Nathan berdetak lebih cepat sekarang, getaran yang sungguh susah untuk dikendalikan. Ia berusaha mengalihkan, Hanna berhasil membuatnya jatuh cinta untuk kedua kalinya.

“Makna yang bagus, tapi kenapa kupu-kupu yang kamu buat tak memiliki warna yang terang, hanya hitam pekat. Padahal kamu bilang, kupu-kupu cantik karena sayap-sayapnya yang berwarna-warni?!” tanya Hanna. Belum juga selesai Nathan menarik napas.

“Benar apa yang kamu katakan, tapi sayangnya kupu-kupuku tidak terlahir dengan corak warna yang indah. Dia berbeda dari yang lain. Seperti hidup Tuannya, ia dihantui kegelapan. Kupu-kupumu tumbuh dengan baik, warnanya banyak, menyenangkan untuk di lihat, sedang versiku tak seperti itu,” timpal Nathan—ia membasahi bibirnya pelan, seraya mengangkat bahu sesaat.

“Kenapa tak diberi corak saja? Setidaknya ia bisa lebih terlihat Indah, meskipun hanya ada satu titik di bagian sayap,”

“Aku tidak pernah berniat untuk menaburkan setitik apapun untuk membuatnya berbeda. Dia adalah gambaran hidupku yang tidak sempurna, Han.”

Hanna menatap kedua bola mata Nathan yang perlahan menampakkan kesenduan. Ada kesedihan di netranya—terpancar begitu saja seiring dengan tatapan kosong yang pun diberikan Nathan sebagai balasan.

“Anda banyak berubah hingga saya tidak dapat mengenalinya—”

“Gunakan aku-kamu lebih membuatku nyaman. Anda-saya rasanya kita terlalu berjarak,” potong Nathan sebelum Hanna menyelesaikan ucapan. Nathan menarik napas panjang, seakan ingin berkata tentang sesuatu. “Kenapa tidak menanggapi tentang separuh hatiku yang kamu bawa pergi? Kamu mustinya bertanggungjawab akan hal itu,”

“Berhentilah berbicara omong kosong, semua sudah berlalu. Kondisi kita sekarang jelas telah sangat berbeda jauh. Kamu dengan duniamu, dan aku pun begitu. Mari tetap berada di batasan masing-masing,” tukas Hanna, ia mengalihkan wajah memutus tatapan dengan Nathan. Kemudian diletakkannya ke atas meja proposal iklan yang sedari tadi masih di genggam. Seiring dengan itu, ia berbalik berjalan pergi.

Nathan membeku di tempatnya sesaat, sebelum akhirnya menyusul kepergian Hanna.

“Paling tidak jika tak bisa kembali ke masa itu, kita masih dapat menjadi teman, bukan?” ungkap Nathan seraya menahan langkah Hanna agar ia tak sampai di pintu keluar.

𝐒𝐞𝐛𝐮𝐚𝐡 𝐀𝐥𝐚𝐬𝐚𝐧 𝐏𝐚𝐭𝐚𝐡 𝐇𝐚𝐭𝐢 (𝐎𝐧 𝐆𝐨𝐢𝐧𝐠)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang