33. Getaran Berbeda 🕊️

30 3 0
                                    

Happy Reading

Saran ots : Hit Different by SZA

Jika ada kalimat rancu dan kata yang typo, silakan langsung komen saja ya. Terima kasih.

****

Malam yang mulai pekat, kini menampilkan sinar rembulan juga taburan bintang dihamparan angkasa. Ia mengkelap-kelip memberi pertanda pada penduduk bumi bahwa langit malam ini tengah bersahabat.

Arka Pradiatya tersenyum hangat di dalam mobilnya. Ia sedikit merasa gugup-padahal ini pertemuan yang mustinya biasa saja. Namun, entah bagaimana perasaannya sekarang, seperti ia ingin terbang saja menembus langit malam.

Ia bersiul nyaris silih berganti bersambut dengan klakson mobil yang beberapa kali harus ia bunyikan untuk menegur pengendara yang kadang suka senonoh di jalanan.

Tapi, semua itu terjadi dengan begitu saja dan berlalu sangat cepat dihatinya. Ia tak sama sekali merasa dendam atau kesal sekarang, mungkin semua terhalang oleh rasa bahagia yang kini bersarang di lubuk nurani. Kalbunya tenggelam bersama bayang-bayang indah yang sudah di rencanakan dari rumah sebelum gelap menyapa. Ia tak sabar, tentu saja bukan tanpa alasan.

***

Ada yang berbeda di antara mereka, namun masing-masing dari keduanya tak paham dibagian mana perbedaannya. Hanya merasa semakin aneh saja karena waktu selalu memberi kesempatan untuk bertemu.

Hanna mengangkat ponsel yang sedari tadi berdering namun ia abaikan dibalik katong outer-nya sebab berdebat panjang terlebih dahulu dengan Nathan dan Ibunya yang sekarang seakan menjadi satu kubu untuk menyudutkannya.

"Iya, Arka. Kamu sudah di mana?"

"Aku di depan rumahmu, tapi ... Han, ini mobil siapa?" terdengar suara Arka memelan. Dapat ditangkap telinga Hanna pula deruan napasnya tak teratur.

"Itu milik Na-"

"Nathan,"

Suara serak Nathan menyahuti dengan tiba-tiba, bersama posisinya yang sama sekali tak bergerak. Seakan bukan perkara baru baginya menghadapi hal demikian.

Hanna seketika menghunuskan tatapan penuh ancaman padanya yang memilih untuk tidak peduli. "Diam!" tekanan kata itu diberi Hanna namun tanpa suara agar tidak terdengar oleh Arka dibalik telepon.

Nathan hanya mengangkat alisnya, cukup menikmati proses yang kini tengah terjadi. Sementara Mirna, hanya bisa menyaksikan kondisi yang sungguh tak bisa dicerna akalnya.

Hingga tak lama, belum selesai adu mulut keduanya, pintu rumah Hanna di ketuk berkali-kali, juga seseorang yang kini ada dibaliknya tak henti membungikan bel rumah.

Tanpa mau menanggapi apapun, Hanna berjalan ke arah pintu rumah, menarik napas dalam-dalam, berusaha memikirkan alasan masuk akal atas kedatangan Nathan malam ini ke rumahnya. Sebab takut nanti jika Arka salah paham.

"Selamat malam," sapaan suara berat itu terucap begitu saja, seiring dengan terputusnya panggilan telepon.

Arka berdiri dengan senyum manisnya yang dengan begitu mudah menyihir semua orang termasuk Hanna-ia tertegun tak berarti. Benar-benar hilang akal sekarang. Ditambag lesung pipi Arka yang membuatnya semakin menawan.

"Ma...malam," jawab Hanna dengan sapaan yang bahkan amat kaku.

"Aku tidak dengar tadi nama si pemilik mobil yang ada di depan rumah kamu. Iyu mobil tetanggamu?" tanya Arka. Sebab, ia tak terlalu yakin juga jika Hanna si pemilik mobil merah dengan jenis paling langka tersebut, mobil itu hanya di produksi 10 buah saja di seluruh dunia, dan hanya orang yang memiliki kekayaan maksimal mampu membelinya. Kemungkinan ya itu mobil tetangga Hanna.

𝐒𝐞𝐛𝐮𝐚𝐡 𝐀𝐥𝐚𝐬𝐚𝐧 𝐏𝐚𝐭𝐚𝐡 𝐇𝐚𝐭𝐢 (𝐎𝐧 𝐆𝐨𝐢𝐧𝐠)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang