Chapter 4 - Meet Him Again

8K 148 3
                                    

Author POV:

“Jadi anak baru itu beneran sepupunya Indra?” ulang Nesa lagi setengah nggak percaya, sesaat setelah Jojo menjelaskan siapa anak baru itu sebenarnya. Ternyata benar dugaannya, nama ‘Nugraha’ itu bukan sekedar kebetulan belaka, tapi mereka benar-benar bersaudara.

 “Iya....” sahut Jojo dengan wajah datar, “Dari tadi lo nanya itu-itu aja. Capek gue jawabnya.”

“Emangnya kenapa, Nes? Ada yang salah sama Davi?” tanya Mukti sambil menyantap sepiring mi bakso di hadapannya.

“Ooooooohhhhh... jadi namanya Davi?!” sahut Nesa meng-oh-kan panjang, nadanya sedikit mengejek. Entah kenapa, Nesa benar-benar marah dengan Davi pasca ketukar koper kemarin itu.

“Lo nggak suka sama anak baru itu ya?” selidik Digo yang mulai bisa membaca situasi hati Nesa. Sementara Nesa, lebih memilih untuk diam dan no comment tentang si anak baru itu. Dia nggak mau ceritain kejadian apa yang pernah dia dan anak baru itu lalui di bandara kemarin.

“Masa lo nggak suka sama anak baru itu? Dia kan cakep, bodinya keren, putih, mulus, tajir lagi. Iiiiiihhh perfect deh!” sambung Tria dengan membayang-bayangkan wajah tampan Davi, “Atau jangan-jangan lo udah jadi lesbian, makanya lo nggak suka sama cowok ganteng lagi,”

Nesa memandang Tria sinis lalu cepat-cepat dia menggelengkan kepalanya, nggak setuju dengan pendapat Tria.

“Eh bro, lo liat Davi, nggak?” tanya Indra yang tiba-tiba muncul dari sisi lain kantin, pertanyaan itu ditujukan kepada mereka berlima.

“Katanya sih dia mau ke perpus buat minjem buku.” Jojo menjelaskan, “Emangnya kenapa?”

Indra menghela napas panjang, rasa khawatirnya tiba-tiba lega mendengar jawaban Jojo, “Gue kirain dia kemana,”

***

Davi POV:

Aku bingung... yang mana yang harus ku pilih diantara dua buku ini? Yuris Sudrajat atau Benyamin Sukarto, ya? Kelihatannya mereka sama-sama bagus dan isinya juga lengkap. Si pengarang begitu pintar dalam membuat isi buku ini sehingga siswa tertarik akan keduanya. Apa aku ambil dua-duanya aja? Hah! Kenapa sih untuk satu pelajaran aja sampai ribet gini?

“Biasanya mereka pake buku pengarang Yuris Sudrajat. Tapi buk Tantri merekomendasikan pake buku pengarang Galih Mananto. Gue nggak tau apa beda keduanya, tapi menurut gue di mana-mana semua buku itu sama.” Suara itu membuatku tersadar dari lamunanku barusan. Celotehan cewek itu seperti menjawab pertanyaanku seketika. Darimana dia bisa tau kalau aku sedang berpikir soal itu?

Cewek itu beranjak mengambil buku kimia dan memberikannya padaku. Galih Mananto... aku membaca tulisan besar yang tertera di pojok kiri atas buku. Hah! Jadi buku ini yang dimaksud cewek itu? Aku langsung menyambut buku itu dengan tangan kananku yang masih memegang buku kimia karangan Yuris Sudrajat. Kalau aku mengamati cewek ini, dia terlalu cantik untuk ukuran anak IPA yang biasanya berdandan senatural mungkin. Tubuhnya yang kencang berisi, tinggi semampai dengan kulit putih bersih, dan memakai hiasan bando berwarna soft pink yang melingkar cantik di atas kepalanya. Bulu matanya sangat lentik dan bibirnya dihiasi dengan lipgloss blink-blink dengan warna yang senada dengan bando di kepalanya. Bisa aku pastikan kalau cewek ini juga memperhatikan tata rias wajahnya meskipun cuman pergi ke sekolah doang. Benar-benar cewek glamor. Dia pantasnya masuk sekolah menengah kejuruan, bukan sekolah menengah atas.

“Oh ya? Mungkin ada bagusnya kalau gue pinjam ketiga-tiganya.” Aku menjawab dengan santai dengan senyuman yang sedikit tergores di bibirku. Tanpa aku sadari, dia langsung menyodorkan tangannya ke arahku.

On The Love-LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang