Chapter 23 - Song For You

4.3K 82 2
                                    

Author POV:

Masih dalam keadaan gelisah antara dua hal. Yang pertama, gelisah karena sampai sekarang Nesa nggak juga membalas sms ataupun BBM bahkan membalas telepon dari Davi. Berat juga kalo dia ngambek gini, lama-lama aku bisa lost contact kalo gini terus. Davi mulai resah sendiri, pikiran-pikiran aneh mengenai Nesa dan Renno langsung terbersit di pikirannya. Ah mana mungkin, lagian Nesa sendiri yang pernah bilang ke aku kalau Diza sama Renno sekarang lagi deket, mana mungkin Nesa juga ikut-ikutan deketin Renno. Davi memastikan dirinya kalau semuanya baik-baik aja walaupun di lain sisi hatinya masih ragu. Hal yang kedua yang Davi gelisahkan adalah... penampilan Skeleton di pensi nanti. Sebenarnya ini bukan soal bagus atau nggaknya mereka perform nanti, tapi masih ada sangkut pautnya juga dengan Nesa. Davi sengaja membawakan lagu itu nanti untuk Nesa dengar karena lagu itu juga merupakan lagu ciptaannya. Tapi karena Nesa lagi sakit, kemungkinan besar Nesa nggak akan ikut nonton pensi.

                Ngajak Nesa ngobrol ternyata sia-sia juga. Hari jumat ini kebetulan Nesa masuk sekolah. Tapi bukan berarti Nesa bisa meladeni Davi ngomong. Hatinya masih belum bisa menolerir apa yang terjadi antara Helene dan Davi. Rasanya seluruh kepercayaan Nesa ke Davi hancur gitu aja tanpa ada pertanggungjawaban sedikitpun.

                “Oke, anak-anak. Mengingat besok ada acara pensi, ulangan biologi kita tunda hingga sabtu depan.”

                Sorakan kemenangan anak kelas langsung membahana bahkan suaranya terdengar sampai ke kantor dewan guru. Pak Asman, sang guru biologi, kewalahan untuk menyuruh murid-muridnya diam.

                “Dan satu pengumuman lagi yang ingin saya sampaikan....”

                Seluruh penjuru kelas terdiam seketika saat suara pak Asman nggak kalah besarnya dengan suara mereka.

                “Besok kalian semua wajib hadir di acara pensi, kita tetap belajar di pelajaran pertama dan kedua. Pensi dimulai pada saat jam pelajaran ketiga, jadi absen tetap berlaku.”

                Sialan banget ni sekolah! Padahal aku udah berjaya duluan karena besok nggak bakal sekolah. Eh ternyata... malah diberlakukan jam pelajaran pertama dan kedua seperti biasa. Umpat Nesa kesal dalam hati. Dengan kaki yang terpincang-pincang ini, Nesa diwajibkan untuk partisipasi di acara pensi. Ide kepala sekolah bagus juga, ini salah satu cara supaya anak-anak yang nggak minat nonton pensi jadi terpaksa nonton pensi gara-gara absen berlaku. Ah, mending besok aku tidur di kelas sampe acara pensi selesai. Ucap Nesa lagi di dalam hati.

                “Besok ada RAN sama Nineball!! Aaaaaahhh gue nggak sabar nunggu pensi besok.” Sahut Tria antusias saat membaca secarik brosur pensi dengan tema ‘High School Never Ends’ di kantin sambil menyuapi bakwan ke mulutnya. Kertas yang dipegangnya bahkan udah sobek saking kerasnya dia menggenggam brosur itu. Namanya juga orang antusias.

                Sedangkan Nesa menelungkupkan kepalanya dengan tumpuan tangan dan mencoba untuk tidur, menenangkan dirinya dari hebohnya suara Tria dan mencoba menutup semua cabang-cabang pikirannya yang resah. Sementara dari kejauhan, Davi berjalan ke arah sahabat-sahabatnya yang sedang duduk di meja tempat biasanya mereka duduki kalau di kantin.

                “Besok kalian tampil ke berapa?” tanya Tria lagi sambil menikmati teh dingin miliknya.

                “Abis Nineball. Kayaknya sekitar jam sepuluh pagi gitu.” Sahut Indra yang masih sibuk berkutat dengan BB-nya.

                “Widiiih pas banget tuh. Abis nonton Nineball, langsung nontonin kalian deh.” Jawab Tria menyeringai bahagia.

                “Beb, doain aku besok lancar main bass-nya ya.” bisik Jojo kecil di telinga Tria yang duduk tepat di sebelahnya.

On The Love-LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang