Author POV:
Walaupun bukan dengan dress night yang membalut tubuh rampingnya, tapi malam ini Nesa tampil cantik dengan gaya casual yang biasa Nesa tampilkan kalau jalan-jalan bareng Tria dan beberapa sahabatnya yang lain. Davi menjemput Nesa di rumahnya, dan terpesona ketika melihat penampilan sederhana Nesa tetapi memancarkan kecantikan yang nggak bisa disembunyikan. Davi sempat tercengang melihat Nesa. Di dalam bayangannya, malam ini Nesa menggunakan dress yang sedikit minim, tapi gambaran tentang penampilan Nesa malam ini di otaknya malah berbeda tiga ratus enam puluh derajat.
“Kenapa bengong?” tanya Nesa, saat melihat perubahan raut wajah Davi yang kentara ketika melihat Nesa muncul di hadapannya. Yang tadinya Davi senyum-senyum sendiri nggak jelas saat Nesa mengintip dari lantai 2, tapi saat melihatnya menuruni tangga malah raut wajah Davi berubah drastis.
“Nggak,” Davi ngeles, “Gue cuman... kaget aja,” sambungnya.
Nesa tau apa yang Davi kagetkan, itu pasti karena penampilannya yang terlihat sedikit casual, bukannya malah sedikit lebih formal kayak pakai dress night atau semacamnya.
“Pakaian gue?” tanya Nesa memastikan, kedua alisnya terangkat sempurna sehingga bola matanya yang agak membulat keluar kini terlihat semakin bundar ketika kelopak matanya ikut terangkat bersama alis, “Ada yang aneh?” tanya Nesa lagi.
“Nope....” cegah Davi cepat, “Perfect!” jawabnya lagi sambil mengacungi kedua jempolnya dengan penuh semangat. Sempat susah juga untuk ngeluarin kata-kata itu dari mulut Davi, karena Davi benar-benar sangat tercengang melihat kecantikan Nesa walaupun cuman bergaya natural beginian.
“Cuman ‘jalan’, kan?” Nesa menekankan kata-kata itu lagi, seakan-akan Nesa mau bilang ‘Kita cuman ‘jalan’ doang, kan? Bukan ‘nge-date’?’
“Yap!” seru Davi sambil memamerkan sederat giginya yang putih, “Jalan!” seru Davi lagi, masih belum berhenti memamerkan gigi putihnya. Nesa cuman bisa menyerngit heran dan langsung mengajak Davi untuk bergerak dari rumahnya. Setelah Davi pamitan dengan Mamanya, Davi langsung membuka pintu mobil untuk mempersilahkan Nesa masuk duluan.
***
Tema malam ini adalah keliling kota Jakarta. Karena Davi baru aja menetap di sini, dia meminta Nesa untuk muter-muter kota Jakarta dulu untuk sekedar melihat. Selama ini Davi hanya melihat gambaran tentang kota Jakarta cuman dari film-film Indonesia yang laris terjual di negaranya, Malaysia. Walaupun Davi udah pernah ke Jakarta berulang-ulang kali tapi Davi belum sepenuhnya melihat gambaran kota Jakarta se-intensif ini sebelumnya. Dengan hanya bermodalkan GPS dan tour guide di sampingnya, yaitu Nesa, Davi melajukan mobil Nissan Juke baru miliknya dengan kecepatan normal.
“Eh... gimana ceritanya lo bisa tau rumah gue?” cerocos Nesa saat mereka selesai berbicara asyik mengenai seluk beluk kota Jakarta.
“Gue punya banyak kaki tangan untuk bisa ngedapetin alamat rumah lo.” Davi menjawab pede dengan senyum yang nggak pernah hilang dari wajah tampannya. Kaki tangan yang dimaksud Davi udah pasti merujuk ke Indra and friends.
“Hmm... Indra?” tanya Nesa lagi, seperti sedang menjawab pertanyaan Davi.
“Tria juga. Jojo, Digo, Mukti....” jelas Davi secara rinci sambil menggerak-gerakkan kepalanya kesana-kemari, “Dan bermodalkan GPS.” Sambungnya lalu melirik ke layar GPS yang diletakkan di bawah stereo mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
On The Love-Line
Teen FictionSelalu dia. Entah kenapa selalu wajah dia yang muncul di otakku ini. Walaupun track recordnya sebagai musuh udah aku hapuskan semenjak dia minta maaf. Dia-lah yang terpenting. Hal yang nggak boleh hilang di hidupku, bahkan ketika aku mencintai lagi...