Chapter 24 - Can't Say Anything....

4.1K 90 1
                                    

Author POV:

Indra berlari mencari Davi dan Nesa ke seluruh penjuru sekolah, membagi tugas kepada sobat-sobatnya untuk ikut mencari keberadaan mereka berdua, terutama keberadaan Davi. Berkali-kali juga Indra menghubungi hape Davi, tapi nggak juga diangkatnya. Sial! Kemana sih ni anak pergi?! Indra mengumpat kesal setelah akhirnya menemukan Davi dan Nesa duduk bermesraan di bawah pohon beringin.

                “Davi....” teriaknya dari kejauhan, yang kemudian dibalas tatapan oleh Davi dan Nesa yang memandangi Indra dengan terheran-heran.

                “Kenapa, In?” tanya Davi heran. Indra nggak bisa menjelaskan apapun dulu, apalagi di hadapan Nesa. Dengan napas tersengal-sengal, Indra menarik tubuh Davi menjauh dari Nesa dan membisikkan sesuatu.

                “Ada dua orang laki-laki berbaju hitam ngejar-ngejar lo.” Bisik Indra dengan suara kecil. Otomatis hal itu membuat alis Davi saling bertaut heran dan cemas.

                “Diluar juga banyak wartawan dari Malaysia.” Indra menjelaskan lagi.

                “Wartawan Malaysia?!” yang ini malah membuat Davi tambah shock.

                “Iya, mereka pake baju rompi yang bertuliskan ‘Malay TV’. Itu kan siaran TV Malaysia. Lo harus cepat-cepat minggat dari sini. Mereka tau lo di sekolah ini.”

                DEG!! Seperti ada benda keras yang menghantam tubuhnya. Apa ini saatnya untuk pergi? Davi bertanya di dalam hatinya dengan perasaan kalut yang teramat dalam.

                “Ada apa, Vi?” Nesa bangkit dari duduknya dan bertanya heran, melangkah menuju ke arah Davi dan Indra berdiri. Davi yang tadinya membelakangi Nesa, kini berbalik menghadapnya dengan wajah super duper tenangnya, padahal hatinya lagi takut banget.

                “Nes, kamu harus janji sesuatu sama aku.” Ujar Davi serius, “Apapun yang terjadi, jangan pernah tutup hati kamu untuk aku. Sejauh apapun kita, yakinlah kalau aku tetap mencintai kamu lebih dari apapun. Percayalah kalau aku selalu mencintai kamu di situasi sesulit apapun.” Sambungnya dengan tangan bergetar saat memegang tangan Nesa yang tiba-tiba dingin. Sesuatu perasaan nggak enak langsung muncul di benak Nesa.

                “Vi, kok kamu ngomong gitu?” Nesa tertawa heran mendengar tuturan Davi barusan.

                “Berjanjilah, Vanessa. Aku akan selalu mencintai kamu, dan suatu saat aku akan kembali mempertanyakan janji hari ini.” Sambung Davi makin serius, membuat bulu kuduk Nesa menaik.

               “Vi, kamu ngomong apa sih?!” kali ini wajah Nesa mulai cemas, dalam hatinya merasakan sesuatu yang nggak enak.

                “Guys, kita harus segera pergi dari sini!” Tiba-tiba Mukti teriak dari kejauhan. Tanpa banyak tanya, Nesa rela tangannya ditarik paksa oleh Davi meskipun tangannya merasa kesakitan.

                “Lo sama Mukti naik mobil Digo, biar gue, Tria, Nesa sama Jojo naik mobil lo.” Ujar Indra gusar sambil berlari ke arah parkiran belakang.

                “Nesa ikut gue aja.” Bantah Davi yang kemudian dianggukkan oleh Indra, “Kita keluar lewat belakang?” tanya Davi.

                Indra mengangguk panik, “Pintu depan udah dikepung sama wartawan, cuman pintu belakang yang aman.” Sahut Indra lagi. Untung aja mereka parkir di belakang sekolah tadi pagi. Kalau nggak, mereka bisa terjebak sama para wartawan itu. Dari kejauhan, Jojo melihat dua orang laki-laki berpakaian serba hitam sedang mencari sesuatu. Pastinya mencari Davi.

On The Love-LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang