Author POV:
Dua tahun kemudian...
Sosok di pantulan cermin itu terlihat sangat bahagia. Baju model kebaya berwarna merah dan kain jarik berwarna coklat yang kini melekat sempurna di tubuhnya, membuktikan bahwa inilah hari yang sangat bersejarah di sepanjang hidupnya. Sebelumnya dia sempat bertanya-tanya, darimana baju ini berasal? Tapi semua pertanyaan itu berhasil dijawabnya ketika mamanya menjelaskan bahwa baju model kebaya itu adalah warisan turun-temurun dari nenek-neneknya terdahulu yang menjadi pakaian wajib saat prosesi lamaran berlangsung. Dan jangan tanya kenapa Davi berhasil meyakinkan orangtuanya untuk menikah dengan Nesa dan membatalkan pernikahannya dengan Chelsea. Setelah sempat bercekcok dengan ayahnya, akhirnya Davi berhasil meyakinkan ayahnya yang keras kepala itu kalau dia mendapatkan wanita yang lebih segalanya dari Chelsea.
“Umur kain ini lebih tua daripada umurmu, lho.” Jelas Mamanya, saat meneliti putri semata wayangnya menggunakan baju kebaya yang pernah dipakainya dulu. Nesa menatap ke sekeliling tubuhnya dengan mata berbinar dan perasaan haru. Tak sadar, air mata bahagianya langsung menetes satu per satu di wajahnya.
“Kenapa kamu menangis?” tanya Mama yang kini langsung berdiri dari duduknya di tempat tidur kamar Nesa.
“Aku bahagia, Ma.” Jawab Nesa singkat, yang kini berada dalam pelukan ibu kandungnya. Ya, Nesa terlalu bahagia hari ini. Akhir-akhir ini, hidupnya semakin lengkap saja. Papanya yang dari dulu nggak pernah kunjung datang, kini hadir dalam acara lamaran Nesa. Hubungan Papa dan Mamanya terlihat membaik walaupun masih bercerai. Gilang dan Papanya kini juga berhubungan baik, walaupun masih ada rasa canggung dalam hati Gilang. Tapi semuanya kini menjadi sempurna di hidupnya. Satu per satu orang yang meninggalkannya, kini berbalik kepadanya.
“Ayo, Nes... biar Tante rias kamu dulu.”
Tante Selvi, Mama Diza, kini masuk ke dalam kamar Nesa sambil membawa beberapa peralatan make-up untuk mendandani keponakannya ini agar tampil cantik saat prosesi lamaran berlangsung. Diikuti dengan Lian, Tante Emilia, Tante Linda, Diza, Tria, dan beberapa sepupu-sepupunya yang perempuan ikut masuk ke dalam kamar Nesa, sambil meneliti penampilan Nesa dan sekedar ngerumpi.
Beberapa menit kemudian, suasana rumahnya menjadi semakin semarak dibawah sana. Diza yang menyelinguk dari lantai dua, kaget saat melihat keluarga calon mempelai pria datang bersama beberapa sanak saudaranya. Diza masuk lagi ke dalam kamar dan memberitahukan kepada Nesa kalau keluarga Davi udah datang. Lalu acara pun dibuka oleh Tante Qanita yang bertindak sebagai MC. Acara pertama dimulai dari maksud kedatangan keluarga Shariff yang diwakili oleh bapak Datuk Mohammad Abdullah Omar Lukman Shariff, yaitu orangtua dari Davi. Dan selanjutnya, Papa Nesa, bapak Bambang Adiputra Perdana, membalas pinangan dari papanya Davi dengan penuh hormat. Setelah lamaran secara resmi diterima, kemudian Tante Qanita mempersilahkan agar calon mempelai wanita untuk keluar dari kamarnya dan bergabung dengan para tamu dan keluarganya yang lain. Bersama Mamanya dan didampingi Bude Nimas, adik dari Papanya, Nesa menuruni tangga satu per satu, dan seketika semua keluarganya berdiri menyambut kedatangan Nesa dari lantai dua.
Entah kapan dia bermimpi melihat Nesa turun dari tangga atas sambil memakai baju kebaya warna merah itu, Davi tertegun saat melihat penampilan Nesa yang begitu berbeda dari biasanya. Dia begitu cantik dengan make-up tipis dan rambutnya yang tergulung rapi ke belakang. Terakhir kali, penampilannya ini pernah dilihatnya dua tahun yang lalu ketika Nesa melalukan pengambilan gambar untuk pre wedding bersama Ario dulu di Puncak. Tapi... dia sangat berbeda dari dua tahun yang lalu. Senyumannya sedikit terkembang saat menatap Nesa langsung ke manik-manik matanya, dan Nesa pun membalas tatapan itu dengan tersenyum penuh malu. Seketika tatapan Davi langsung membuncah jantung Nesa yang terus berpacu dengan jantung Davi yang sama deg-degan dengan jantungnya. Seluruh keluarga dan kerabat dekat Nesa dan Davi, termasuk sahabat-sahabatnya, terlah berkumpul disini menanti kedatangan Nesa. Setelah Nesa ikut bergabung dan duduk di sisi keluarganya, perasaan takut sekaligus bahagia langsung menghujamnya, sedangkan Davi enggan melepaskan pandangan tajamnya ke arah Nesa yang terlihat gugup setengah mati itu. Nesa memelototi Davi karena melihatnya terlalu lama, namun Davi hanya terkekeh saat Nesa memelototinya dengan sebal, seakan menuntutnya untuk jangan lagi menatapnya seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
On The Love-Line
Fiksi RemajaSelalu dia. Entah kenapa selalu wajah dia yang muncul di otakku ini. Walaupun track recordnya sebagai musuh udah aku hapuskan semenjak dia minta maaf. Dia-lah yang terpenting. Hal yang nggak boleh hilang di hidupku, bahkan ketika aku mencintai lagi...