Author POV:
Pagi ini, settingan foto pertama kali ini tertuju ke gazebo kecil yang terletak di sekitar kebun teh yang masih berada di pekarangan villa keluarga Dirgantara. Ario yang udah siap dari tadi dengan memakai jas Armani serta baju kaos putih bergambar logo Volcom dan celana jeans biru sedang duduk di teras depan villa untuk menunggu Nesa selesai berdandan. Dan nggak lama kemudian setelah Ario selesai memakai sneakers Adidas miliknya, Nesa keluar dengan menggunakan gaun tutu berwarna pink soft dengan atasan jaket kulit serta rambut panjangnya yang tergulung rapi ke belakang, menjadikannya bak balerina yang ada di film Barbie.
Ario beranjak bangun dari duduknya saat melihat wanita dihadapannya berdiri dengan sepatu hak 9 senti yang terkesan anggun. Menurutnya, hari ini Nesa benar-benar mirip seperti balerina, apalagi dengan gaun tutu yang mengembang itu. Ario menggandeng Nesa menuju ke gazebo yang terletak di perkebunan teh milik keluarganya. Suasana pagi itu terbilang sejuk meskipun matahari memancarkan sinarnya dengan terik, tapi itu nggak membuat udara di Puncak jadi berubah hangat. Sang fotografer handal bersama rekan-rekannya yang lain udah mempersiapkan segala bahan untuk memulai mengambil gambar. Sementara Davi yang baru aja bangun dari tidurnya, sama sekali nggak menyadari kalau Ario sedang memulai aksi pengambilan foto pre wedding.
“Pagi, mas Dave.” Sapa bi Hasanah, istri pak Sunarya, yang kini sedang sibuk mempersiapkan hidangan sarapan di meja makan.
“Pagi, bi,” Davi membalas sapaannya dan lalu menarik kursi meja makan untuk duduk. Sambil menguap dan sesekali mengucek mata, Davi langsung mengambil segelas susu yang memang udah dipersiapkan untuknya.
“Gimana tidurnya, mas? Nyenyak, atuh?” tanya bi Hasanah selagi menata meja makan.
“Nyenyak banget, bi. Udaranya sejuk banget, bikin aku tidur pulas.” Sahut Davi sambil menyantap nasi goreng buatan bi Hasanah. Bi Hasanah hanya tertawa puas sambil melayangkan senyumnya.
“Syukurlah kalau begitu atuh, karena AC di kamar mas Dave masih rusak, belum sempat diperbaiki. Bibi kira mas Dave malah kepanasan.”
Nggak pake AC aja, udaranya dingin banget. Apalagi kalo pake AC? Makin beku, dong. Davi hanya terkekeh menggeleng mendengar perkataan bi Hasanah.
“Oh ya bi, Ario belum bangun ya?” tanya Davi yang kemudian menyadari kesenggangan villa ini, apalagi anak-anak bi Hasanah kan sedang sekolah, villa ini kelihatannya sepi banget.
“Sudah dari tadi atuh, mas. Hari ini kan, mas Ario mau foto pre wedding.” Jawab bi Hasanah. Davi tertegun mendengarnya. Sepagi ini?
“Mereka sedang foto sekarang?”
“Iya, atuh. Masa mas Dave nggak tau? Mereka sedang foto di pondok deket kebun teh itu,”
Davi langsung berhenti menyendoki nasi gorengnya, dan beranjak bangun menuju jendela untuk memperhatikan Ario dan Nesa melakukan pengambilan foto di gazebo yang bi Hasanah maksudkan. Tampak Ario dan Nesa sedang berpelukan mesra saat adegan pengambilan foto, yang entah kenapa langsung membuat amarah Davi seakan diujung tanduk. Tapi, nggak ada alasan untuk dia harus marah. Dia sama sekali nggak berhak marah hanya karena melihat kemesraan keduanya. Inilah pilihan Nesa.
Nggak mau berlama-lama melihat adegan foto itu, Davi langsung kembali ke meja makan dan menyantap lagi nasi goreng buatan bi Hasanah dengan malas.
![](https://img.wattpad.com/cover/3461859-288-k769466.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
On The Love-Line
Teen FictionSelalu dia. Entah kenapa selalu wajah dia yang muncul di otakku ini. Walaupun track recordnya sebagai musuh udah aku hapuskan semenjak dia minta maaf. Dia-lah yang terpenting. Hal yang nggak boleh hilang di hidupku, bahkan ketika aku mencintai lagi...