Nesa POV:
Semalaman suntuk bicara sama Davi di telepon membuatku kehilangan jatah istirahatku yang berharga. Tapi aku nggak bisa menyalahkan Davi sepenuhnya, karena aku sangat berharap dia menemani malamku. Dan voila! Dia benar-benar menemaniku hingga akhirnya tubuhku kalah melawan rasa kantuk. Nggak tau jam berapa pastinya aku tidur semalam, maksudku pagi tadi, tapi yang jelas aku masih merasa ngantuk sekarang.
“Woy!” Tria mengagetkanku dengan tepukan telapak tangannya yang mengenai bahu kananku. Spontan aku terbangun dari tidurku dan menoleh ke depan kelas. Hah! Ku kira Tria membangunkanku karena pak Nurdin udah balik dari rapat dewan guru.
“Lo ganggu jam tidur gue aja!” aku mulai memarahi Tria. Bisa ku lihat anak-anak kelas di sekelilingku sedang sibuk mencoret-coret sesuatu yang bisa ku pastikan mereka sedang mengerjakan latihan.
“Jam tidur? Hello... sekarang itu jam pelajaran kimia. Buruan ngerjain tugas! Ntar lo dimarahin pak Nurdin lagi, mau?” Hah! Kata-kata ‘lagi’ itu benar-benar membuat aku pusing terhuyung, udah terlalu sering aku mengabaikan pelajaran kimia, dan udah sering juga aku kena hukuman dari pak Nurdin. Lagian... pelajaran kimia sampai mati pun bakalan tetap sama.
“Gue ngantuk banget ni. Beneran.” Aku mengacungkan jari telunjuk dan jari tengah yang membentuk huruf V.
“Ngapain aja lo semalaman suntuk? Begadang? Online?”
“Teleponan sama Davi.” Ups! Aku keceplosan deh! Duuhh... kenapa mulutku terlalu jujur gini sih?! Karena malu, aku langsung menundukkan kepalaku yang ditumpu oleh kedua tangan yang ku lipatkan di atas meja. Aku bisa mendengar Tria menghirup napas tertahan, layaknya orang yang sedang kaget. Mungkin saat ini mulut Tria terbuka lebar saking kagetnya.
“Sssserius lo?” Tria bertanya gelagapan sambil gemeteran. Tuh kan, aku bilang juga apa... Tria pasti kaget dengarnya. Tiba-tiba aku merasa menyesal gara-gara keceplosan tadi. Aku cuman mengangguk dua kali kemudian mencoba memejamkan mataku erat-erat. Aku bisa mendengar Tria ngoceh panjang lebar karena nggak nyangka aku teleponan sama Davi semalaman suntuk.
***
Author POV:
Nesa semakin merapatkan jaket yang dipakai di tubuhnya saat ini. Hawa dingin terus menusuk tubuhnya sampai ke tulang belulang dan menyebabkan sedikit nyeri. Nesa mengaku sedang nggak enak badan hari ini, ditambah lagi dengan cuaca hujan deras begini, sangat mendukungnya untuk tetap tidur. Nesa berjalan sendirian ke kantin menyusul sahabat-sahabatnya yang lain disana, tapi sesuatu menghentikan langkahan kakinya ketika lengan kirinya serasa digenggam dan ditarik seseorang. Nesa mengerjapkan matanya berulang kali saat tau yang menarik lengannya itu adalah Renno. Ekspresi kaget di wajahnya langsung tergambar jelas, matanya membelalak kaget dan mulutnya menganga terbuka.
Untuk beberapa saat, pandangan mereka saling berpapasan. Entah kenapa pandangan mata tajam Renno itu menyiratkan kepedihan yang mendalam di mata Nesa. Jari-jarinya yang mulai terlihat kurus mencoba melepaskan lengan tangan Nesa.
“Vanessa....” Renno menyebut namanya secara lengkap, “Aku... aku... aku mau ngomong sama kamu sebentar aja, plis.” Ucapnya terbata-bata. Hati Nesa serasa nggak percaya kalau Renno sekarang berada di hadapannya dan bicara padanya. Terakhir kali yang bisa Nesa ingat, Renno mengusirnya dari rumahnya dengan menggunakan intonasi kasar. Tapi entah kenapa tiba-tiba Renno bertutur kata lembut hari ini. Nesa mulai berasumsi yang aneh-aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
On The Love-Line
Novela JuvenilSelalu dia. Entah kenapa selalu wajah dia yang muncul di otakku ini. Walaupun track recordnya sebagai musuh udah aku hapuskan semenjak dia minta maaf. Dia-lah yang terpenting. Hal yang nggak boleh hilang di hidupku, bahkan ketika aku mencintai lagi...