Davi POV:
“Lo mau nonton film apa?”
“Yang ini aja, ya!” Nesa berseru antusias sambil menunjuk ke poster film The Vow yang terpampang jelas dihadapan kami sekarang. Ah, pasti film bergenre romance! Kenapa sih tiap cewek suka banget sama yang bergenre romance, kayak nggak ada pilihan lain aja.
“Kenapa kita nggak nonton Skyfall aja?” tanyaku sambil mencoba membujuknya secara nggak langsung.
“Ah, nggak asik. Masa nonton film action, sih.” protes Nesa kesal, aku bisa liat wajahnya menunjukkan patah semangat. Ya! Dan aku nggak kalah patah semangatnya!
"Lo nggak suka ya?" Nesa terlihat menyelidiki raut wajahku. Seketika aku menggeleng cepat sambil memalingkan mataku dari matanya.
“Yaudah deh,” jawabnya menyerah saat dia melihat raut wajahku yang mulai malas, “Kita nonton film This Means War aja yuk.”
This Means War? Itu kan juga bergenre romance! Aduh, Vanessa... kenapa sih kamu pilih film yang bergenre romance semua? Aku mendesis di dalam hatiku.
“Ya... ya... ya... pliiiiiiiiisssssss....” kedua telapak tangannya kini menyatu tepat di hadapan wajahnya yang mulai nyetel mode kasian. Haduh... cewek punya banyak cara untuk ngebujuk cowok.
“Lo nggak suka juga?” tanyanya lagi dengan nada kecewa, mungkin kelamaan nunggu aku menjawab. Bibirnya yang lumayan tebal itu kini manyun kedepan dan menambah kesan imut di wajahnya. Ah... cewek ini... kenapa sih pinter banget ngeluluhin hatiku yang kayak es?
“Iya iya iya nona bawel....!" aku mencubit pipinya dengan gemas. Baiklah kalau begitu, nona Vanessa. Untung aja film yang satu ini nggak monoton banget dengan romance-nya, maksudku... film yang satu ini masih bisa ditoleransi karena masih mengandung genre action-nya. Ya, aku pernah lihat trailernya di youtube, dan lumayan keren... plus hot, ha...ha...ha.... dasar Davi cowok mesum!
“Oke!” Nesa mengacungkan kedua jempol dengan semangat, sederetan gigi imutnya terlihat jelas di mataku, “Gue beli hot crepes dulu, ya. Lo mau, nggak?”
“Boleh... terserah lo rasa apa aja.” Aku berkata santai kemudian, dan lalu menatapnya menjauh dariku menuju ke tempat hot crepes dijual. Aku benar-benar nggak bisa membantah segala ucapan cewek menyebalkan itu. Dia benar-benar punya inner beauty yang jarang dimiliki oleh cewek seusia dia. Bahkan nggak untuk Adele, mantanku. Nesa memang nggak secantik Adele, dan Adele juga nggak secantik Nesa. Mereka adalah dua perempuan yang berbeda, too poles apart. Adele beruntung mempunyai wajah yang sangat cantik layaknya Miss Universe, dan Nesa beruntung mempunyai inner beauty yang sama seperti Mom. Ya, Nesa mengingatkanku seperti Mom. Cara dia menatapku, perhatiannya, benar-benar lembut bagaikan ketulusan Mom. Mungkin inilah alasan dari seribu alasan kalau aku mirip banget sama Dad. Sama-sama mencintai perempuan yang punya inner beauty yang jelas terlihat di permukaan. Kalau untuk dijadikan pendamping, Nesa adalah pilihan yang tepat untuk semua laki-laki yang ingin mencari istri, menantu, sekaligus ibu yang baik untuk anak-anak mereka. Haduuh! Bicara apa aku ini. Mulai ngelantur entah kemana.
Film pun dimulai, dan kami berdua menikmati film This Means War sambil menyantap hot crepes di tangan kami masing-masing. Nesa terus terus teruuuuuus dan terus mengoceh memuja-muja si FDR yang diperankan oleh Chris Pine di film ini. Sejujurnya, aku paling nggak suka nonton film dimana lawan jenis yang aku ajak nonton ini selaluuuuuuuuu membangga-banggakan pemain dalam film itu, karena dia cakep lah, cool lah, apa Nesa nggak bisa lihat kalau AKU lebih cool daripada CHRIS PINE? Cuman gara-gara warna matanya -banyak cewek yang ngaku- yang baby blue itu selalu bisa bikin hati cewek meleleh. Oke fine, aku memang nggak setampan Chris Pine yang beruntung punya warna mata baby blue, tapi warna mataku yang hazel ini juga dikategorikan sebagai warna mata yang terindah. Sorry Pine, no offense, untuk cewek yang satu ini, gue nggak mau lo rebut perhatiannya dia dari gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
On The Love-Line
Novela JuvenilSelalu dia. Entah kenapa selalu wajah dia yang muncul di otakku ini. Walaupun track recordnya sebagai musuh udah aku hapuskan semenjak dia minta maaf. Dia-lah yang terpenting. Hal yang nggak boleh hilang di hidupku, bahkan ketika aku mencintai lagi...