Rintik ke-20

5 4 0
                                    


Purnama masih setia menemani Ratna dan Putra di belakang rumah gedongan milik Didit. Ratna masih menatap lurus ke depan ketika Putra masih bingung dengan badongan yang baru dibuatnya. Mata basah Ratna mengering karena angin yang cukup kencang malam ini. Lidahnya berubah kelu ketika ingatannya ke sana ke mari. Hingga pada titik di mana bayangan Ayahnya muncul, Ratna mulai bertanya soal pagelaran.

"Lusa ada pagelaran. Pak Putra ikut?"

"Kamu tau soal pagelaran?"

"Tahu lah. Pas SD pernah dibawa Ayah ke Prambanan."

Entah apakah gadis perawan seperti Ratna bisa jadi informan, tapi yang jelas Putra cukup kaget Ratna tahu soal pagelaran. Mungkin Ratna pernah dengar sesuatu soal kotak kayu tua akhir-akhir ini? Putra sendiri masih belum bisa memecahkan beberapa kejadian belakangan yang menurutnya cukup mencurigakan. Baginya, ada hubungan antara kotak itu dengan pagelaran.

"Katanya pagelaran kali ini lebih istimewa ya?"

"Ratna rasa gitu ... Ayah antusias banget dan orang Garya banyak yang berkunjung ke rumah," jawab Ratna.

"Saya yakin akan ada yang baru," kata Putra sangat yakin.

"Yang dikorbankan kali ini bukan main-main, Pak."

"Kamu tahu? Siapa emangnya?" tanya Putra.

"Katanya, perempuan cantik akan dikorbankan untuk Nyi Roro Kidul."

Ratna tersenyum seakan-akan sedang meyakinkan gurunya, sedangkan Putra bingung akan jawaban dari muridnya. Jika memang pagelaran kali ini dipersembahkan untuk ratu pantai selatan, maka pagelaran ini memutar haluannya sejak puluhan tahun berkiblat pada Gunung Merapi. Itu berarti benar kata dua sahabat Ayahnya. Pagelaran ini memang istimewa.

Pagelaran ini bahkan belum dimulai, tapi Putra sudah mendengar suara calung dan gong. Putra sudah membayangkan sorot lampu pada Prambanan yang agung. Dia juga sudah bisa menerka bahwa belasan bahkan puluhan perempuan dirantai. Diperjual-belikan bak kain tenun. Dicari yang terbaik, tanpa cela. Di balik otak Putra yang kian kemarut, ada purnama yang semakin terang seiring malam yang kian larut.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terima kasih untuk manusia-manusia yang sudah membaca rintik dari Semangkuk Nasi Merah

Putra HandhokoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang