Ratu Gede ing Segara

5 3 0
                                    

#JENTERAPUTRA
Bagian dari Semangkuk Nasi Merah

Yogyakarta, 2019

Saka sabrang aku mlayu kae mlaku
Gagah lan perkasa
Napak tilas jejak sikil
Siyung kumis ratu gede ing segara

Dari seberang, aku lari, dia jalan
Gagah dan perkasa
Menelusuri jejak kaki
Taring dan kumis, raja di pesisir

Tembang pucung yang ada di tangan Satur semakin enak dibaca setelah anak laki-laki ini menyanyikannya sesuai dengan guru wilangan dan guru lagu tembang pucung. Namun, Satur belum bisa menebak apa arti tembang ini. Ayahnya, Suryono, meminta Satur untuk mendaki tebing di Pantai Indrayanti guna mencari barang sesepuh yang akan digunakan Adhi Garya untuk pagelarannya. Petunjuknya hanya tembang pucung pada secarik kertas.

Hani, teman kuliah Satur yang ikut mendaki, tidak habis pikir bagaimana mungkin mereka bisa menemukan pusaka itu hanya dengan satu tumbang pucung. Hani lebih tidak habis pikir lagi kenapa dia mau ikut Satur ke sini dengan iming-iming dibantu masuk LIPI, instansi yang bahkan Satur saja belum bisa menembusnya. Harusnya sekarang dia sedang tidur saja di rumah, menikmati liburan, tapi malah mendaki tebing penuh pohon di dekat pesisir pantai.

"Ngaso dulu lah Tur. Aku cape," kata Hani sambil menyipitkan matanya, sinar musim panas benar-benar seperti merusak retinanya.

"Ya sudah duduk aja. Aku juga mau mikir lagi."

Satur ikut duduk di samping Hani. Dia buka kertas itu lagi. Matanya tertuju pada kalimat ratu gede ing segara. Batinnya bertanya, "Siapa ratu gede ing segara?". Hani mencoba menjawab sejak mereka masih di bawah bahwa ratu gede yang dimaksud adalah Nyi Roro Kidul dan mereka telah datang ke tempat yang salah. Menurut Hani, harusnya mereka ke pantai selatan di mana dia yakin bahwa ratu segara pasti memimpin pasukan jin di sana.

Sayangnya, Satur memiliki insting sendiri soal ini. Sejak SD sudah melihat pagelaran Adhi Garya, mana mungkin mereka berkiblat pada pantai selatan. Selama ini Adhi Garya berkiblat pada Merapi dan rasanya pendakian di tebing dekat Pantai Indrayanti ini tidak akan sia-sia. Entah kenapa dia tahu bahwa liburannya tidak akan terbuang walaupun harus mencari pusaka di tebing seperti ini.

"Siyung dan kumis ini milik keluarga kucing kan?"

"Tur, lele sama tikus juga punya kumis," tambah Hani.

"Mana mungkin lele jadi raja di pesisir. Ngawur kamu."

"Macan? Tapi kalau macan kan berarti harusnya di hutan ngga sih Tur? Harusnya kita ketemu di sini," kata Hani sambil menunjuk tebing yang dipenuhi pepohonan lebat.

Batin Satur membenarkan asumsi Hani. Mereka berdua adalah mahasiswa S2 Fakultas Biologi, tapi memecahkan sebuah tembang jawa ternyata tidak bisa menggunakan pendekatan ilmu eksak seperti ini. Tidak bisa menyambungkan hewan apa dari keluarga apa dan apakah mereka bisa tinggal di mana atau tidak, karena kenyataannya, kejawen lebih memiliki misteri dibanding kenyataan asli yang dipercayai oleh orang awam.

Jika dia adalah raja, maka akan sangat mungkin itu adalah harimau, hewan yang lumayan sering disebut pada kisah kuno budaya jawa. Jika dia memimpin segara, akan sangat mungkin jika dia ada di pesisir Pantai Indrayanti. Satur mengedarkan pandangnya pada langit yang semakin semelet. Satur menarik Hani untuk turun dengan tergesa-gesa. Hani yang tadinya duduk sekarang harus berusaha mengikuti langkah Satur. Setelah keduanya bertemu pasir pantai, Satur menuju ke arah laut. Keduanya terpana melihat jejak kaki harimau di sepanjang pesisir pantai.

"Barusan kita lari turun ke sini, sedangkan dia sedang berjalan sepanjang pesisir pantai. Dia gagah dan perkasa Han, dia mengendalikan pantai dan hutan di tebing itu. Jika kita menyusuri jejak kakinya, kita akan melihat perwujudan asli dari ratu gede ing segara, raja pesisir pantai," kata Satur pada Hani.

"Jadi kita berurusan dengan seekor macan?"

"Yah, bagaimana pun keluarga Garya percaya dia jelmaan Bathara."

—Terima kasih untuk manusia-manusia yang sudah membaca Semangkuk Nasi Merah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Terima kasih untuk manusia-manusia yang sudah membaca Semangkuk Nasi Merah

Putra HandhokoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang