Kekasihku, Sophia

3 1 0
                                    

#JENTERAPUTRA
Bagian dari Semangkuk Nasi Merah


Turki, 1998

Katakanlah Didit adalah laki-laki pecundang. Laki-laki yang dengan mudah menitipkan hatinya pada perempuan hanya dengan sekali pandang. Katakanlah Didit adalah laki-laki lemah. Laki-laki yang mengingat perempuan kala dia susah. Tahun 1990 adalah masanya seorang Didit sering bolak-balik Turki-Indonesia. Bukan tanpa sebab, pada tahun ini Didit masih dengan gagah menggunakan seragam pilot.

Pertemuan mereka dimulai dari sapa. Sophia mengenalkan dirinya sebagai seorang pemain celo yang sering mengunjungi Yerebatan Sarayi. Sebuah tempat penampungan air di Alemdar, Istanbul, Turki. Didit mengenalkan dirinya sebagai sarjana manajemen dari Indonesia. Didit juga mengenalkan Jogja. Hingga tahun 1993, Sophia memamerkan kebolehan berbahasa Indonesianya pada Didit lewat surat. Sayang sekali, balasan yang Sophia dapat bukanlah sebuah balasan yang ia inginkan.


Untuk : Sophia Gurk

Dari : Didit Handhoko

Aku balaskan suratku kali ini dengan bahasaku, karena sebelumnya kamu telah memberikanku kebolehanmu merangkai kata dalam bahasa Indonesia. Bahasa yang mungkin tiga tahun lalu aku ajarkan padamu.

Tiga tahun lalu ....

Pertemuan yang hangat. Aku sangat ingat itu dan Sophia ... ketika kamu mengatakan bahwa Istanbul bahagia ketika perempuan sepertimu bertemu laki-laki Indonesia sepertiku, ketahuilah ....

Ayasofya Meydani saat itu sangat bahadia laki-laki ini bertemu gadis manis sepertimu. Dan air dalam Yerebatan Sarayi menggenang tenang ketika kita berjalan di atasnya. Ketahuilah bahwa tidak hanya kamu yang mencintaiku, aku juga mencintaimu.

Tapi, Sophia ....

Sepertinya Istanbul tidak bisa jadi milikku dan Jogja tidak bisa jadi milikmu. Aku menemukan bungaku di Jogja. Aku akan sah memetiknya pada bulan Desember ini. Aku akan menjadi suami bunga yang sudah kupetik. 

Maaf jika aku merawatmu untuk sekadar meninggalkanmu. Maaf jika aku seperti itu. Maaf jika aku melepas genggamanmu. Maaf jika aku membiarkanmu rapuh. Maaf jika aku membiarkan diriku luluh padamu, gadis Turkiku, kekasihku ... maafkan aku.

Aku menunggu jawabanmu. Aku berikan maklum jika kamu tidak mau. Aku berikan waktu, karena aku tahu kamu butuh itu. Salam sayang dari Indonesia untuk kekasihku, Sophia. Kecup mesra dariku, sarjana gila.


Itu adalah sepucuk surat dari Indonesia yang masih Sophia simpan hingga sekarang. Hingga sekarang, tahun 1998, lima tahun sejak mereka kenal, surat itu masih dengan rapi Sophia simpan di meja riasnya. Setiap pagi dia akan membacanya. Hingga matahari terbenam, hingga rasa kantuk menyapanya, seorang Sophia akan membaca ulang surat itu. Dia akan mengetukkan jari putihnya di meja rias. Membuat suara tuk-tuk-tuk menjadi latar pikiran yang mengembara ke masa pertama bertemu Didit di Istanbul.

Dia akan menangis dan tersenyum kala membaca surat itu. Dia akan menatap cermin lalu menatap nanar anting-anting dari Cina pemberian Didit. Entah kapan Sophia akan mengunjungi Indonesia untuk sekadar melihat kisah Didit sekarang. Dia bisa terbang kapanpun, tapi kenyataan bahwa Didit punya bunga untuk dipetik, membuatnya mengurungkan niat dan kembali ke meja riasnya. Kembali membaca surat dari sarjana gilanya.


ㅡ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terima kasih untuk manusia-manusia yang sudah membaca Semangkuk Nasi Merah

Putra HandhokoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang