Hari ini Gavin akan menemani gadisnya untuk pergi ke SMA Merdeka. Ya gadisnya kini sudah menginjak bangku SMA sedangkan ia di kelas terakhir masa SMA nya. Tetapi pagi ini Gavin masih bergelung didalam selimut tebalnya. Suasana dingin pagi ini membuatnya enggan bangun dari tempat tidur. Padahal ia memiliki janji akan mengantar gadisnya ke sekolah. Suara jam beker yang berbunyi nyaring tidak dihiraukannya. Ia malah menutup telinganya dengan kedua tangan dan memejamkan mata erat erat untuk melanjutkan tidur. Ditambah dengan suara ponsel yang terus berdering membuat suasana kamar Gavin semakin berisik. Sebenarnya siapa yang menggangu tidur tampannya pagi ini. Gavin meraba nakas yang berada disebelahnya mencari keberadaan ponselnya itu lalu menempelkannya ke telinga setelah memencet ikon hijau.
"Kamu kemana aja sih?" teriakan nyaring dari seorang gadis diseberang sana membuat Gavin terbangun duduk dan membelalakan mata. Ia menjauhkan ponselnya dari telinga. Benar benar membuat telinganya berdengung sakit. Ia melihat siapa nama yang menelfonnya pagi pagi begini dan ternyata itu adalah gadisnya.
"Apa sih yang" katanya dengan suara serak khas bangun tidur.
"Apa apa kamu lupa hari ini mau nganterin aku?" kata gadis itu yang masih saja berteriak.
Gavin mengusap pelan telinganya. Mengapa gadisnya hobi sekali berteriak seperti ini. Tidak tau apa bahwa teriakannya itu bisa merusak pendengaran nya dalam sekejap. "Gak usah teriak teriak sayang" katanya lembut.
Terdengar suara helaan nafas dari gadisnya diseberang sana. "Ini jam berapa? Kamu janji nganterin aku ke sekolah hari ini" kata gadisnya dengan suara normal.
Gavin mengambil jam beker diatas nakas pukul 7 lebih 24. Ia menepuk pelan dahinya. Ia lupa jika hari ini akan mengantarkan gadisnya. "Astaghfirullah aku lupa" katanya.
"Jangan bilang kamu baru bangun"
"Emang iya"
"Kamu mah ishh"
"Iya sayang aku mandi dulu"
"Cepetan!"
"Iya bawel"
Gavin menutup sambungan telepon nya dan bergegas melangkah ke kamar mandi untuk membasuh tubuhnya. Ia sudah siap dengan pakaian santai nya. Ia memakai kaos lengan pendek warna hitam dan celana pendek jeans selutut. Tak lupa mengenakan sandal jepit. Jangan salah dengan sandal jepit yang dikenakan Gavin. Meskipun hanya memakai sandal jepit itu tidak mengurangi ketampanan Gavin hari ini. Karena sandal jepit tersebut dibanderol dengan harga jutaan rupiah. Sultan memang beda. Sandal jepit saja harga jutaan.
Gavin menuruni anak tangga dan menemukan Ajeng yang sedang menyiapkan sarapan di meja makan. "Pagi ma!" sapanya.
"Pagi bang. Duduk sini sarapan" balas Ajeng.
"Papa sama Xio mana ma?" tanyanya sambil menarik kursi meja makan untuk ia duduki.
"Lari pagi tuh mumpung papa gak kerja hari ini"
"Tumbenan gak kerja" kata Gavin meminum susu.
"Mau ngecek cafe bang"
"Yang diluar kota juga?"
Ajeng mengangguk. "Iya bang. Xio juga mama ajak"
"Gavin?" tanyanya menunjuk dirinya sendiri.
"Kamu udah gede bang jalan sendiri sana" jawab Ajeng berdecak.
Gavin terkekeh. "Bercanda ma. Berarti Gavin malem ini nginep di rumah Stela ya" katanya.
"Heleh mauan kamu itu nginep di rumah Stela mulu"
"Lumayan ma latihan buat nanti kalo nikah" kata Gavin ngawur.
"Sekolah yang bener baru nikah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
GAMA [COMPLETED]
Teen FictionThe Last Love ganti judul "GAMA" Gavin Marcelino yang diam diam mengagumi seorang gadis dari jauh. Hanya berawal dari pertemuan tak terduga langsung membuat dirinya suka. Ralat bukan suka melainkan jatuh cinta pada pandangan pertama. Dan disinilah p...